Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Tiket Pesawat Mahal, Banyak Warga Batalkan Paket Wisata Melalui Travel Agent

Kompas.com - 03/06/2019, 18:00 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau, mengeluhkan banyak masyarakat membatalkan paket wisata yang sudah dipesan lewat travel agent, karena masih mahalnya harga tiket pesawat.

Hal ini jelas berdampak langsung pada lesunya usaha travel agent dan pariwisata di Riau.

"Beberapa rekan travel agen mengeluhkan terpaksa membatalkan paket-paket tour wisata, terutama ke Jawa, ataupun sebaliknya akibat mahalnya tiket domestik," kata Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau, Dede Firmansyah, kepada Antara di Pekanbaru, Minggu.

Baca juga: Jumlah Turis ke Bali Pun Turun gara-gara Tiket Pesawat Mahal

Dede menjelaskan, sejak Januari hingga saat ini, tren harga tiket pesawat domestik khususnya dari Pekanbaru ke sejumlah Kota di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang diharapkan pengguna jasa transportasi penerbangan.

Bahkan, jelang Lebaran harga tiket cenderung naik hingga mencapai Rp 2-3 juta untuk kelas ekonomi. Tak heran, banyak calon pemudik yang biasanya menggunakan jasa penerbangan kini banyak beralih menggunakan transportasi darat.

Sambung Dede, mahalnya harga tiket tidak hanya memberikan dampak terhadap penjualan tiket pesawat di kalangan travel agen, tapi juga berpengaruh terhadap lesunya berbagai sektor dunia pariwisata.

"Kita travel agent kan mau buat paket tours untuk bisa mewujudkan perputaran wisatawan nusantara, sesuai keinginan kementrian pariwisata. Makanya saat ini ada penurunan jumlah pemudik yang menggunakan jasa penerbangan," tutur Dede.

Tak hanya itu, sejumlah travel agent sejak awal tahun ini, banyak mengeluhkan pembatalan paket tour wisata, akibat tingginya harga tiket pesawat.

"Walau ada juga yang mengalihkan tournya ke Singapura dan Malaysia, karena tiketnya jauh lebih murah," imbuhnya.

Baca juga: Tiket Pesawat Mahal, Pemudik Angkutan Penyeberangan Naik 15 Persen

Menurut Dede, kenaikan harga tiket dapat dimaklumi jika terjadi di musim liburan seperti akhir tahun. Itu biasanya dipicu oleh permintaan pengguna jasa penerbangan yang tinggi.

"Tetapi memasuki Januari dan Februari itu pasti turun biasanya, karena permintaan juga kurang. Makanya, saya heran, kok dari Januari sampai sekarang ngak turun-turun. Bahkan ada penerbangan yang katanya low cost carrier, tetapi harga bagasinya mahal," ketusnya.

Ia mencontohkan saat ini harga tiket pesawat Pekanbaru -Jakarta masih di atas Rp 1,2 juta. Kalau hal ini terjadi awal Juni sampai tengah Juni masih toleransi, tapi kalau akhir Juni dan Agustus, harusnya turun menjadi Rp 600.000.

Karena itu Dede menawarkan solusi kepada pemerintah agar membuka rute bagi maskapai Low Cost Carrier (LCC) lain.

"Buka saja rute atau izin kepada maskapai kompetitor seperti Air Asia. Maskapai ini sudah terbukti murah dan efisien. Ini salah satu solusi juga yang harus dipertimbangkan pemerintah. Saya yakin, kalau Air Asia dengan slogan maskapai LCC membuat maskapai lain mau tak mau menurunkan harga tiketnya," sarannya.

Ditambahkannya, ia sudah pernah mendesak Menteri Pariwisata untuk melakukan upaya agar harga tiket pesawat kembali murah, sehingga sektor pariwisata kembali bergairah.

"Saya sudah sampaikan ini langsung ke Menteri Pariwisata, supaya dunia pariwisata kita tidak lesu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com