Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenag: Apapun Hasil Pemilu, Jangan Sampai Menimbulkan Perpecahan

Kompas.com - 20/05/2019, 18:54 WIB
Markus Yuwono,
Candra Setia Budi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengajak seluruh umat untuk menahan diri dan tidak terpancing isu menjelang penetapan pemenang pemilu 2019 pada tanggal 22 Mei.

Selain itu, Kemenag mengajak masyarakat untuk menjaga kerukunan dalam momentum ramadhan.

"Kita berharap masyarakat untuk bersabar, serta berlapang dada untuk apapun hasil dari Pemilu 2019, jangan sampai menimbulkan perpecahan putus tali persaudaraan. Kita jalin kembali setelah pemilu ini rasa kesatuan dan persatuan juga persaudaraan antar umat, serta kami harapkan tidak ada people power," kata Kepala Kementrian Agama Kabupaten Gunungkidul, Aidi Johansyah disela-sela kegiatan pengajian Nuzulul Quran, di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari Senin (20/5/2019).

Baca juga: Bupati Karawang Imbau Warga Tak Ikut Gerakan People Power

Menurut dia, Nuzul Quran dan hari Kebangkitan Nasional yang dirayakan hampir bersamaan ini diharapkan bisa mempersatukan kembali masyarakat yang sempat terpecah karena perbedaan pandangan politik.

Dalam pengajian Nuzulul Quran kali ini mengangkat tema kebersamaan dalam keberagaman yang menjadi satu di antara hikmah diturunkannya Al-Quran di muka bumi.

Aidi meminta masyarakat untuk tidak terpecah meski berbeda pandangan politiknya.

"Selain pengajian Nuzulul Quran kali ini juga bertepatan dengan hari kebangkitan nasional, dengan tema tersebut sangatlah pas kita mempersatukan kembali semua elemen masyarakat mulai dari masyarakat, hingga tokoh-tokoh agama. Karena beberapa waktu lalu saat pilpres dan pileg kita berbeda pilihan dan pendapat saatnya kini bersatu kembali," ucapnya.

Bupati Gunungkidul, Badingah menilai akhir ini tantangan kehidupan umat beragama di beberapa tempat di Indonesia semakin berat.

Baca juga: Jelang 22 Mei, Massa Disebut Berangkat ke Jakarta Naik Bus hingga Pesawat

 

Beragam kesalahpahaman dan fanatisme yang berlebihan telah menempatkan masyarakat di tengah-tengah pertikaian segelintir pihak.

"Masyarakat seperti lidi yang lepas dari tali pengikatnya sehingga ikut tercerai-berai. Ironisnya, dalam permasalahan seperti ini, agama sebagai sumber kedamaian justru dijadikan alasan untuk saling berkonfrontasi," katanya.

"Dengan melihat situasi seperti ini, tentunya sebagai orang yang teguh pada tuntunan Al-Quran dan Sunnah Rasul, kita seharusnya benar-benar memahami dasar serta memegang konsekuensi dari tindakan kita. Jangan sampai kita berbuat sesuatu hanya atas dasar solidaritas atau rasa ewuh pakewuh semata," sambungya. 

Dia mengajak masyarakat bersatu untuk pembangunan bangsa dan bernegara. Selain itu mengajak masyarakat Gunungkidul bersama-sama berinstrospeksi, sejauh mana peran dan upaya kita dalam pembangunan ini, untuk selanjutnya mengevaluasinya agar usaha kita ke depan lebih optimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com