Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kontantragis, Komunitas Mantan Narapida Teroris yang Produksi Kopi dan Coklat

Kompas.com - 13/05/2019, 13:55 WIB
Ari Maulana Karang,
Rachmawati

Tim Redaksi

GARUT, Kompas.com – Para mantan narapidana terorisme dan gerakan radikal, saat ini membuat wadah yang diberi nama Komunitas Mantan Narapidana Teroris dan Gerakan Aktivis Radikal (Kontantragis).

Komunitas tersebut didirikan Asep H Arsyad Alsadaad. Pria berusia 50 tahun tersebut memutuskan tidak lagi mau terlibat dalam aksi terorisme dan gerakan radikal.

Asep mengaku sudah tiga kali di penjara karena tersangkut kasus terorisme dan kekerasan. Ia bersama 200 mantan narapidana teroris lainnya kemudian membentuk wadah komunitas mantan narapidana teroris dan gerakan radikal (kontantragis).

Baca juga: Polri: Januari-April 2019, 1.600 Konten di Medsos Bernuansa Terorisme Ditutup

Dalam wadah ini, Asep bersama 200 anggota Kontantragis, tengah berusaha membangun kekuatan ekonomi dengan mengembangkan berbagai usaha di bawah naungan koperasi kontantragis.garut

Usaha yang dilakukan para anggotanya adalah memproduksi kopi, membuat sabun pencuci muka, sabun pembersih lantai, dan karbol dari sereh wangi, hingga pembuatan coklat bubuk.

“Koperasinya didirikan di Bandung 28 Oktober 2017. Usahanya mulai dari kopi, sabun sampai coklat bubuk,” kata Asep Minggu (12/5/2019) saat ditemui di Jalan Nusa Indah Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul usai menerima kunjungan Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM, Rulli Indrawan.

Asep mengaku, usaha yang dibuat para anggota Kontantragis saat ini mulai mendapat pasar.

Bahkan, pihaknya saat ini pun tengah berupaya memperluas pasar terutama untuk produk kopi, sabun dan coklat. Pasar tetapnya, menurut Asep adalah pondok-pondok pesantren di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Rangkaian Penangkapan 7 Terduga Teroris di Bekasi dalam Sepekan...

Saat ini, menurut Asep, koperasi Kontantragis sudah memiliki tiga cabang yang sudah berjalan yaitu di Garut, Tasik dan Purwokerto.

Setiap daerah, memiliki ciri khas produksi masing-masing. Di Garut, menurut Asep, produk kopi yang dijual perlu mendapat tambahan modal untuk produksi, karena permintaan tinggi dan tidak bisa dipenuhi.

“Sekarang kita baru bisa produksi 5 ribu bungkus kopi, sementara permintaan mencapai 10 ribu,” jelas Asep yang mengaku pernah terjun langsung di sejumlah daerah konflik beragama seperti Maluku dan Poso ini.

Asep menuturkan, setelah membuat wadah Kontantragis, para anggota berpikir dan mencoba maju untuk kepentingan bersama. Dirinya bersama anggota Kontantragis sengaja membuat lembaga ekonomi berbentuk koperasi dengan harapan para anggotanya bisa bangkit dan bersama-sama membangun usaha yang baik.

“Kita rubah paradigma, tidak lagi berjuang dengan kekerasan atau pedang. Tapi dengan usaha yang baik seperti layaknya seorang umat muslim,” katanya.

Baca juga: Setelah Bom Pipa, Samurai hingga Pin ISIS Ditemukan di Rumah Terduga Teroris di Bekasi

Sementara itu Rully Indrawan, Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM menegaskan, pemerintah saat ini terus mendorong usaha kecil menengah untuk bisa lebih berkembang dan maju dengan konsep pemberdayaan.

“Siapa yang mau bangkit berdaya kita bantu.Kita dampingi, butuh pelatihan kita bantu pelatihan. Butuh ekspor kita bantu untuk ekspor,” jelasnya.

Rully menjelaskan, pemerintah juga menyiapkan bantuan permodalan untuk usaha kecil dan menengah. Termasuk bantuan penulisan hak kekayaan intelektual serta pemasaran produk. Namun, bantuan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan usaha yang dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com