PALEMBANG, KOMPAS.com - Seorang pria paruh baya berpeci putih berkaos biru nampak terlihat sibuk di ruang belakang Masjid Suro Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II, Palembang Sumatera Selatan.
Centong besi bergagang kayu ia pegang sembari mengaduk dandang ukuran sedang di atas kompor gas. Sesekali, ia mengecilkan api agar masakannya itu tak gosong karena terlalu panas.
Beberapa menit kemudian, ia pun membuka penutup dandang untuk melihat masakan yang ada didalam dan kembali memasukkan rempah-rempah sembari kembali mengaduk.
Kartibi (52) sudah sedari remaja ternyata menjadi seorang koki yang dipercaya untuk memasak bubur syuro. Bubur yang hanya ada pada bulan Ramadhan itu, selalu dibagikan menjelang buka puasa kepada warga sekitar serta para jemaah masjid.
Baca juga: Menengok Pohon Kurma di Masjid Al Barkah Bekasi yang Berbuah Tiap Ramadhan
Tradisi membagikan bubur syuro sudah berlangsung sejak tahun 1834 oleh nenek moyang Kartibi dan ia pertahankan hingga sekarang.
Dalam satu hari, 7 kilogram beras, bersama daging serta bumbu rempah-rempah lainnya disiapkan untuk membuat bubur syuro. Tetapi, saat mendekati lebaran, bubur syuro pun akan dibuat lebih sedikit.
"Karena warga mulai bosan, biasanya dibuat 5 kilogram saja. Tapi, kalau awal Ramadhan, biasanya buat 7 kilogram," kata Kartibi.
Dalam memasak bubur syuro, Kartibi dibantu oleh para warga sekitar. Namun, untuk urusan bumbu, kakek ini memegang alih langsung, agar cita rasa bubur syuro tetap terjaga.
Pukul 16.00 WIB, anak-anak hingga para orang dewasa sudah mengantre di belakang masjid Syuro sembari membawa rantang, mangkuk, bahkan plastik.
Mereka berbaris rapi satu per satu untuk menunggu satu centong bubur syuro yang dimasak Kartibi.
"Biasanya satu centong untuk satu orang, biar semuanya kebagian. Kalau masaknya dimulai pukul 14.00 WIB tadi," ujar dia.
Baca juga: Jam Kerja Ramadhan Diterapkan, Gubernur Pastikan Pelayanan RSUD Banten Tidak Terganggu
Di sisi lain, Ananda (12), pelajar SMP mengaku, sudah sejak siang duduk di depan masjid untuk mendapatkan bubur syuro.
Rasanya yang gurih dengan campuran bumbu sop serta irisan daging, membuat remaja putri ini rela mengantre.
"Iya, tiap hari kalau puasa di sini, biasanya memang bagi-bagi bubur," ucap Ananda.
Sama halnya yang diungkapkan Fitri (15), ia juga telah membawa rantang untuk mendapatkan bubur Syuro yang dimasak Kartibi.
"Soalnya kalau enggak puasa, buburnya enggak ada. Jadi, enggak apa-apa ngantre," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.