Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Juragan Seafood Agung “Bopak”, Sempat Diusir Kini Buka Cabang hingga Bali

Kompas.com - 25/04/2019, 10:45 WIB
Reni Susanti,
Rachmawati

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Rumah petak berukuran 6x3 meter bertengger di Gang Akur, sekitar Jalan Katamso, Kota Bandung

Rumah itu dihuni lima orang, yakni Agung Satria Perdana, ayah dan ibunya, serta kedua adiknya.

Jika malam tiba, rumah tersebut tak ubahnya seperti barak. Agung dan anggota keluarga yang lain, tidur di tengah rumah. Ia pun tak pernah merasakan memiliki kamar seperti teman-temannya yang lain.

Baca juga: Konferensi Asia-Afrika, Saat Bandung Membuat Takjub Dunia...

Begitupun dalam hal sekolah. Saat duduk di kelas 2 SMPN 44 Bandung, Agung berinisiatif jualan stiker agar bisa jajan, sebab uang saku dari orangtuanya Rp 2.000 hanya cukup untuk ongkos.

Namun saat itu, Agung mengaku bandel hingga akhirnya pindah ke SMPN 27 Bandung. Saat duduk di bangku SMA Sumatera 40, ia pernah mendapat untung Rp 400 juta dari orderan jaket angkatan.

“Tapi (keuntungannya) ga jadi apa-apa. Biasa, karena gejolak kawula muda,” ujar Agung kepada Kompas.com di Jalan Indrayasa, Bandung, akhir pekan lalu.

Selepas lulus sekolah, pria yang dikenal sebagai vokalis band metal Youthful Agression ini pernah bekerja di beberapa tempat. Mulai dari sales barang elektronik hingga jadi buruh cuci piring di sebuah restoran.

“Gaji cuci piring saya Rp 500.000 per bulan. Suatu hari saya pinjam uang ke bos saya (di restoran). Pas pulang motor ilang, sedih sekali,” tuturnya.

Baca juga: 5 Kisah Inspiratif, Dokter Gigi Penyelamat Hutan hingga Mantan Preman Jadi Petani Sukses

Ia kemudian termenung lalu terlintas keinginan untuk berbisnis makanan terutama seafood. Apalagi, ia memiliki kemampuan memasak.

Setelah berkeliling kesana kemari mencari pinjaman, ada saudaranya yang kini sudah meninggal meminjamkan uang Rp 1,5 juta.

Rencananya, ia akan berjualan di Jalan Diponegoro. Kebetulan saat itu ada temannya yang menawarkan tempat untuk jualan di sana.

Namun, belum satu hari berjualan Agung diusir. Ia tidak boleh berjualan lagi di sana dan pulang dengan perasaan hancur.

“Saat itu tahun 2006. Baru hari pertama jualan, dah disuruh tutup dan pulang. Saya bingung, bagaimana kalau ibu nanya,” tuturnya.

Sesuai dugaan, begitu sampai rumah, sang ibu bertanya bagaimana jualannya. Agung hanya menjawab lancar dan berpura-pura tegar.

Tapi dalam hati, Agung kebingungan dan memilikirkan bagaimana kelanjutanm bisnisnya. Keesokan harinya ia berkeliling mencari tempat sewa, namun mahal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com