Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com – Seorang siswa SD Balongsari I, Surabaya, dikabarkan menendang tangan gurunya hingga patah. Informasi itu tersebar melalui sebuah video yang menyebar di media sosial.
Setelah diklarifikasi, Pemerintah Kota Surabaya menyebut pelanggaran siswa dan tangan guru yang patah merupakan 2 kejadian terpisah yang tidak memiliki keterkaitan.
Narasi yang beredar
Video sepanjang 60 detik menampilkan siswa SD yang terlihat mengenakan seragam pramuka tengah berbicara dengan guru di sekolahnya.
Dari percakapan yang terekam, terdengar bahwa siswa telah melakukan kesalahan dan guru ingin memanggil orangtuanya.
Akan tetapi, siswa tersebut keberatan dan ingin menyelesaikannya sendiri.
Mengetahui jawaban sang murid, guru kemudian menyebut sudah tidak akan mengurus kasus siswa tersebut karena yang bersangkutan susah diurus.
Salah satu yang menyebarkan video ini adalah akun Instagram @Indozone.id.
Akun tersebut menuliskan judul “Viral Video Seorang Siswa SD Usai Tendang Tangan Kepseknya Sampai Patah”.
Dalam kolom keterangan, akun ini juga mengambil wawancara sebuah media online dengan pedagang di sekolah tersebut untuk melengkapi narasinya.
Si pedagang menyebut siswa yang ada dalam video memang terkenal sebagai anak yang nakal. Ia tidak mematuhi perintah gurunya untuk mengenakan pakaian khusus saat perayaan Hari Kartini.
Sumber yang sama menyebutkan, siswa ini ditegur oleh gurunya, namun sang guru justru mengalami patah di bagian tangan akibat ditendang oleh muridnya ini.
Sebelumnya, video ini juga diunggah di YouTube oleh sebuah akun pada Selasa (23/4/2019). Video ini berdurasi lebih panjang dari yang tersebar di Instagram, yakni 2 menit 44 detik.
Berdasarkan keterangan yang diberikan Humas Pemkot Surabaya Mohammad Fikser, kejadian ini diketahui terjadi di SD Negeri I Balongsari, Surabaya, pada peringatan Hari Kartini di sekolah tersebut, 18 April 2019.
Saat itu, ia tidak menuruti perintah sekolah untuk mengenakan pakaian khas Kartini-Kartono, namun justru mengenakan pakaian ala preman, lengkap dengan celana sobek-sobek dan tali rantai.