Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Napi di Nusakambangan Mencoblos di TPS Besok

Kompas.com - 16/04/2019, 16:00 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

CILACAP, KOMPAS.com - Para narapidana (napi) di sejumlah lembaga pemasyarakat (lapas) di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, dipastikan dapat menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2019 seperti masyarakat pada umumnya.

Namun, pemungutan suara di pulau yang sering disebut sebagai "Alcatraz"-nya Indonesia ini berbeda dengan tempat pemungutan suara (TPS) di sekitar kita.

Pada beberapa lapas, tidak memungkinkan untuk melakukan pemungutan suara “normal”, karena berbagai pertimbangan, khususnya terkait keamanan.

“Yang paling memungkinkan mendekati TPS normal di Lapas Kembang Kuning, mirip-mirip dengan TPS normal. Selain itu harus ada ketentuan-ketentuan yang harus disesuaikan dengan protap mereka,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Cilacap Handi Tri Ujiono saat dihubungi, Selasa (16/4/2019).

Baca juga: 1.203 Napi di Nusakambangan Akan Mencoblos, KPU Dirikan 9 TPS

Handi mencontohkan pencoblosan di lapas high risk seperti Lapas Batu dan Pasir Putih. Kedua lapas itu sebagian besar dihuni para napi narkotika dan terorisme.

Di sana tidak memungkinkan penghuninya keluar menuju TPS, sehingga petugas lapas yang akan keliling ke masing-masing ruang napi.

“Pada prinsipnya kami melayani mereka sesuai protap lapas, misal high risk, seperti waktu perekaman E-KTP, satu orang dijaga empat petugas. Kita menyesuaikan, ketika napi yang punya hak pilih petugas akan mobile, mendatangi masing-masing,” ujar Handi.

Baca juga: Dari 24.000 Warga Binaan Lapas di Jabar, hanya 15.000 yang Masuk DPT

Di lapas lain, lanjut Handi, proses pencoblosan dilakukan secara bergantian. Beberapa napi dikeluarkan dari ruangannya secara bergantian menuju TPS yang sudah disediakan di dalam lapas.

“Ada yang buka TPS di ruangan, kalau di Kembang Kuning, bahasa mereka sudah jinak, (jadi dibuat) seperti TPS normal, tapi tetap di dalam lapas. Yang lain, ada yang prosedurnya dikeluarin beberapa orang dulu, kita menyesuaikan protap di sana,” kata Handi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com