Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Arita Menghidupkan Perpustakaan Mati Suri: Rela Dicemooh Warga hingga Sumbang Buku Pribadi

Kompas.com - 21/03/2019, 10:01 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Usaha Arita Muhlisa untuk menghidupkan kembali Perpustakaan Hatukau, yang berada di Negeri (Desa) Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Ambon hingga mendunia saat ini bukanlah tanpa perjuangan.

Sebelum dikelola Arita awal 2017 lalu, Perpustakaan Hatukau sebelumnya tidak lagi aktif alias telah mati suri. Kegiatan belajar dan membaca di perpustakaan desa tersebut pun praktis tak berjalan seperti biasanya.

Namun berkat kegigihan dan semangat Arita yang tinggi, dalam tempo singkat Arita mampu mengubah Perpustakaan Hatukau menjadi perpustakaan yang hidup kembali. Kini perpustaan yang dikelolanya itu tidak hanya dikenal luas di Maluku namun juga di Indonesia bahkan di dunia internasional.

Kepada Kompas.com saat ditemui di Perpustakaan Hatukau, Selasa (18/3/2019) perempuan kelahiran 1990 ini menuturkan, perjuangannya untuk menghidupkan kembali perpustakaan yang dikelolanya itu tidaklah tanpa hambatan seperti yang dibayangkan.

Awalnya, Arita harus menghadapi berbagai cemohan dari warga yang mengganggap keberadaannya di kantor desa Batu Merah saat itu aneh. Tak jarang dia mendapat cibiran saat sedang beraktivitas di perpustakaan itu.

“Ada warga yang menganggap remeh, dan ada yang mencemooh. Mereka (warga) bilang saya bikin apa di sini kok setiap hari di Kantor Desa,” kata Arita.

Baca juga: Perjuangan Arita Menghidupkan Perpustakaan yang Mati Suri hingga Meraih Segudang Prestasi

Namun berbagai tantangan yang dihadapi itu tak pernah menyurutkan niatnya untuk terus menghidupkan budaya literasi di desa tersebut. Baginya tantangan yang datang merupakan spirit untuk menambah energi positif untuk terus semangat.

Arita mengaku bekerja untuk mencerdaskan banyak orang tidak pelru harus mengeluh apalagi sampai patah semangat karena dengan mengeluh maka semua harapan yang akan diraih akan menjadi sia-sia dan tidak pernah akan terwujud.

Meski begitu sebagai perempuan yang punya perasaan, dia tidak dapat memungkiri bahwa terkadang berbagai masalah yang datang kadang membuatnya merasa sedih atas berbagai tantangan yang dihadapinya itu, namun niatnya yang telah bulat membuatnya terus melangkah untuk terus berbagi dengan banyak orang di sekeliling.

“Sedihnya disitu, tapi Alhamdulillah saya menganggap itu sebagai spirit untuk terus berusaha. Tidak perlu mengeluh apalagi sampai patah semangat karena prinsip hidup saya bekerja harus bermanfaat bagi banyak orang,”katanya.

Ibu dua anak ini mengaku kini setelah perpustakaan yang dikelolanya itu mulai dikenal luas dengan segudang prestasi yang diraih, masyarakat kini tak lagi mencemooh dirinya namun lebih banyak mengapresiasi.

“Kita hanya membuat hal-hal kecil yang kita anggap bermanfaat dan itu ternyata berdampak bagi masyarakat sehingga warga juga senang,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com