Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Arita Menghidupkan Perpustakaan yang Mati Suri hingga Meraih Segudang Prestasi

Kompas.com - 20/03/2019, 13:48 WIB
Rahmat Rahman Patty,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 buku tersusun rapih di dalam enam lemari di sebuah bilik kecil yang disulap menjadi perpustakaan di gedung serba guna Kantor Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Ambon.

Meski serba sederhana, ruangan berukuran 6x4 meter itu sangat tertata rapi. Ada beberapa meja dan kursi yang disediakan pengelola perpustakaan bagi para pengunjung untuk membaca.

Selain buku, di perpusatakaan sederhana ini juga terdapat tiga unit komputer yang terhubung langsung dengan jaringan internet.

Perpustakaan Hatukau begitulah namanya. Perpustakaan ini telah beroperasi sejak 2011 silam. Namun karena tidak dikelola dengan baik, perpustakaan tersebut tidak dapat difungsikan warga.

Hingga akhirnya pada 2017 seorang wanita muda bernama Arita Muhlisa datang dan mengambil tanggung jawab untuk menghidupkan kembali perpustakaan tersebut.

Berkat perjuangan Arita, Perpustakaan Hatukau menyabet banyak prestasi hingga mendunia.

Kompas.com berkesempatan mengunjungi perpustakaan ini dan melihat langsung kondisi perpustakaan serta berdiskusi banyak hal dengan pengelola perpustakaan, Arita Musliha pada Selasa (19/3/2019).

Baca juga: Perpustakaan: dari Pusat Informasi menjadi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam suasana hangat, Arita kemudian membagi pengalamannya tentang bagaimana perjuangannya untuk menghidupkan perpustakaan yang telah mati suri kala itu menjadi sebuah perpustakaan modern dan selalu ramai dikunjungi warga.

“Saya terlibat untuk mengelola perpustakaan ini pada awal 2017. Saat itu saya diminta oleh Pemerintah Negeri (Desa) Batu Merah untuk mengelola perpustakaan ini,” kata Arita.

Perempuan berusia 29 tahun ini mengatakan pengaktifan kembali Perpustakaan Hatukau bermula dari program Perpus Seru yang digagas oleh Coca Cola Fondation Indonesia bekerjasama dengan Bill Gets Indonesia.

Kebetulan saja kata Arita, Desa Batu Merah bersama empat desa lain dipilih untuk menjalankan program Perpus Seru tersebut. Dari situlah Arita kemudian mulai terlibat aktif untuk menghidupkan Perpustakaan Hatukau.

Arita mengatakan setelah dihubungi pihak desa, dia langsung mengambil tanggung jawab tersebut sebagai pengelola perpustakaan. Arita berujar sebelum menjadi pengelola perpustakaan, dia sebelumnya telah aktif di komunitas literasi sehingga dasar yang telah di dapat sangat membantunya untuk mengurus perpustakaan.

“Awal mula bergerak di dunia literasi sebenarnya sebelum di Perpustakaan Hatukau. Sebelumnya saya dan teman-teman juga sudah pernah bikin satu komunitas namanya rumah baku mangente,” ujarnya.

Arita menceritakaan di komunitas literasi tersebut, dia dan teman-temannya melakukan banyak kegiatan yang melibatkan anak-anak usia dini dan anak-anak kurang mampu yang tidak mendapatkan akses pendidikan.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama terlibat aktif di komunitas Rumah Baku Mangente, Arita dan rekan-rekannya memberikan pelajaran gratis kepada anak-anak seperti baca buku, belajar bahasa inggris. Kegiatan lain yang juga sering dilakukan seperti nonton bareng, latihan karate hingga kegiatan cerita bertutur kepada anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com