Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ketut Budiarsa Penderita Penyakit Langka, Menunggu Enam Tahun untuk Nikahi Gadis Idaman (3)

Kompas.com - 20/03/2019, 10:13 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Suasana bahagia masih terasa saat Kompas.com menemui Ketut Budiarsa di kediamnnya di Jalan Raya Kedewatan, Ubud pada Selasa (19/3/2019).

Duduk di samping Budiarsa, Ida Ayu Ketut Kenari, perempuan 38 tahun asal Desa Rendang, karangasem. Keduanya baru saja melangsungkan pernikahan setelah menunggu selama enam tahun.

Walau menderita penyakit langka, Osteogenesis Imperfecta yang menyebabkan tulangnya menjadi rapuh, tidak mengurangi semangat Budiarsa untuk menjalani hidup sebagai orang normal.

Budiarsa dan Ketut kenari bertemu pada 2013 karena sama-sama aktif di Yayasan Cahaya Mutiara Ubud. Yayasan ini didirikan oleh 15 penyandang disabilitas, Budiarsa menjabat sebagai ketua.

Baca juga: Kisah Ketut Budiarsa Diserang Penyakit Aneh, Alami Patah Tulang hingga Ratusan Kali (1)

Ketut Kenari juga aktif dalam yayasan ini. Ketut menderita polio yang menyebabkan dirinya tidak dapat berjalan dengan normal.

Aktif di organisasi yang sama membuat benih cinta tumbuh di hati Budiarsa. Kemudian menyatakan niatnya untuk menikahi Ketut Kenari. Saat itu Ketut kenari tidak langsung menerima lamaran Budiarsa. Bahkan butuh waktu tiga tahun bagi Ketut Kenari memutuskan menerima pinangan Budiarsa.

“Waktu itu saya tidak langsung menerima, mau lihat dulu seperti apa orangnya biar tidak sembarang meutuskan. Ternyata dia memang baik orangnya,” kata Ketut Kenari.

Bagi Budiarsa bisa menikah dengan ketut Kenari seperti mimpi. Mengingat hambatan yang dihadapi tiak sedikit. Baik dari sisi biaya maupun persetujuan orangtua.

Di rumahnya, Budiarsa tidak memiliki kamar yang luas untuk tinggal jika sudah berumah tangga. Selain itu keduanya datang dari kasta berbeda.

“Awalnya saya kepikiran apakah Dayu mau dengan saya karena beda kasta. Maunya kawin lari tapi keluarga tidak setuju, beruntung akhirnya Dayu dan keluarganya mau menerima saya,” tutur Budiarsa.

Baca juga: Manusia dengan Penyakit Langka di Bali Nikahi Gadis Idamannya, Dihadiri 1.000 Orang Termasuk Para Pejabat

Untuk melangsungkan pernikahan, Budiarsa tidak ingin memberatkan keluarga. Diam-diam Budiarsa menyisihkan hasil penjualan lukisannya untuk persiapan nikah tanpa sepengetahuan keluarga.

Setiap ada lukisan terjual, dibagi bersama saudara-saudara yang lain. Dari menjual lukisan, Budiarsa bisa menyisihkan uang sebesar Rp 35 juta. Jumlah tersebut sesungguhnya masih kurang, tapi bisa ditutupi dengan bantuan keluarga.

Pernikahan berlangusung pada Kamis (14/3/2019). Proses pernikahan berjalan lancar atas bantuan beberapa relawan. Pernikahan dikemas dengan sederhana dengan undangan terbatas. Namun, di luar dugaan Budiarsa tamu yang datang membludak.

“Saya tidak mengundang banyak orang karena memang kondisinya begini, tapi karena saya posting di Facebook makanya jadi banyak yang datang. Mereka bilang tahu saya menikah karena lihat di Facebook,” kata Budarsa sambil tersenyum.

Baca juga: Derita Penyakit Langka, Ketut Budiarsa Aktif Melukis dan Tak Ingin Jadi Beban bagi Orang Lain (2)

Bahkan sejumlah istri pejabat setempat datang dan rela berdesak-desakan. Dengan pernikahan ini terbersit niat Budiarsa untuk memiliki keturunan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com