Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2019, 08:00 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar,
Khairina

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Ketut Budiarsa terlihat duduk santai di studio lukis miliknya di Jalan Raya Kedewatan Ubud, Gianyar Bali, Selasa (19/3/2019).

Sambil menikmati kopi, sesekali Budiarsa merapikan letak lukisan hasil karyanya. Sehari-hari, Budiarsa memang aktif melukis bersama kedua saudaranya, yang dikenal dengan Three Brothers + 1.

Mengenakan udeng, penutup kepala khas Bali, Budiarsa menceritakan penyakit langka yang dideritanya sejak berusia dua tahun.

Lahir dari pasangan Ketut Ngon dan Made Korbi, Budiarsa menderita penyakit langka yang menyerang tulangnya. Penyakit itu membuat Budiarsa lumpuh sejak kecil dan terpaksa menggunakan kursi roda dalam beraktivitas.

“Kalau menurut cerita orang tua, saat usia dua tahun saya tidak bisa merangkak seperti anak-anak umumnya saat itu,” ucap Budiarsa.

Baca juga: Manusia dengan Penyakit Langka di Bali Nikahi Gadis Idamannya, Dihadiri 1.000 Orang Termasuk Para Pejabat

 Pria kelahiran 25 Juli 1982 ini mengaku sering mengalami tulang patah sejak kecil.

Terhitung sudah ratusan kali dia mengalami gejala penyakit yang di kemudian hari diketahui bernama osteogenesis imperfecta itu.

Penyakit itu merupakan penyakit langka dengan gejala kerapuhan tulang. Kekuatan tulang penderita penyakit ini hanya 20 persen dari kekuatan tulang manusia pada umumnya.

Jika salah bergerak bisa menyebabkan tulang patah. Bahkan, dalam kondisi dingin bisa menyebabkan tulang di badan Budiarsa patah.

“Tulang badan saya mudah patah, namanya anak kecil kan suka gerak. Kalau salah sedikit tulang bisa langsung patah. Kalau orang tua salah mengangkat saja waktu kecil bisa bikin tulang patah,” kenang Budiarsa.

Rasa sakit terberat dialami Budiarsa jika tulang patah terjadi di bagian dada. Terasa sangat menusuk dan perih.

“Kalau tidak tahan saya bisa sampai teriak, kasihan juga orangtua,” kata Budiarsa.

Kondisi patah tulang ini dialami Budiarsa sejak berusia dua tahun hingga saat ini. Bahkan tulang lengannya terpisah sepanjang 5 sentimeter.

Namun, seiring bertambahnya usia, kondisi tulang di tubuh Budiarsa lebih kuat dibandingkan dengan kondisi ketika masih anak-anak.

Pada usia tiga tahun tidak hanya patah, tulang Budiarsa juga mengalami pembengkokan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com