Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Ponpes Miftahu Falahil Mubtadiin dan Meteor yang Dianggap Doktrin Kiamat

Kompas.com - 16/03/2019, 21:05 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Adzan dhuhur baru saja berkumandang saat santri di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin bergerak menuju masjid, Sabtu (16/3/2019). Tua, muda maupun santri yang masih anak-anak kompak mengenakan pakaian warna putih.

Santri laki-laki langsung menuju masjid, sedangkan santri perempuan ditempatkan di salah satu aula terbuka di sisi timur masjid.

Tidak lama kemudian, masjid itu penuh. Begitu juga dengan aula terbuka untuk jamaah perempuan.

Perlahan, lantunan shalawat mengalun. Mereka sedang menunggu Muhammad Romli atau Gus Romli pengasuh di pondok untuk datang menjadi imam shalat.

Gus Romli datang, melintas di antara jamaah menempati posisi paling depan, menjadi imam shalat.

Baca juga: Pengakuan Katimun: Saya Tidak Pernah Mendoktrin Kiamat Sudah Dekat...

Shalat dzuhur empat rakaat selesai. Santri berganti melantunkan dzikir dan shalawat. Sembari bersila, kepala dan badan mereka bergoyang sebagai tanda mereka menjiwai dan khusu' dengan yang dibacanya. Ketika itu, suasana di pondok itu penuh dengan bacaan dzikir meski tanpa pengeras suara.

Setelah itu santri bubar. Gus Romli masuk ke rumahnya yang ada di sisi selatan masjid.

Pondok pesantren yang ada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang itu akhir-akhir ini menjadi perbincangan. Pondok yang hanya mengajarkan ilmu agama itu dituduh menyebarkan doktrin kiamat sudah dekat untuk mendatangkan santri.

"Semua fitnah, hoaks semuanya. Garis besarnya banyak hoaks," katanya Gus Romli, Sabtu (16/3/2019) menanggapi tuduhan doktrin itu.

"Katanya saya merubah rukun Islam. Itu kentara hoaksnya. Saya ini alumni Lirboyo (Ponpes Lirboyo Kediri). Ayah saya juga orang pesantren," katanya.

Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin berdiri di atas lahan seluas sekitar satu hektar. Berdiri pada tahun 1978, pondok itu didirikan oleh KH Sholeh Saifuddin, ayah Gus Romli. Pondok itu tercatat memiliki sekitar 573 orang santri.

Tuduhan doktrin di pondok itu muncul ketika memasuki program triwulan atau tiga bulanan. Program itu sudah berlangsung selama tiga tahun dan terbuka untuk umum bagi yang mau belajar agama selama tiga bulan. Yakni pada Bulan Rojab, Sya'ban dan Ramadhan dalam penanggalan hijriah.

Program itu yang membuat warga datang dan bermukim untuk tiga bulan di pondok itu. Terhitung, ada 396 orang dari berbagai daerah yang datang bermukim untuk mengikuti program tiga bulanan itu.

Termasuk 56 orang dari Kabupaten Ponorogo. Setiap santri yang mengikuti program itu diharuskan membawa bekal masing-masing.

Baca juga: Katimun Bantah Sebar Doktrin Kiamat yang Buat 52 Warga Ponorogo Pindah ke Malang

"Triwulan ini sudah berjalan tiga tahun. Program mondok ngaji tiga bulan. Kalau orang mau ngaji ke sini, masak saya suruh pulang," jelasnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com