Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Kabupaten di Jawa Timur Terendam Banjir, Disebut karena Fenomena Atmosfer

Kompas.com - 08/03/2019, 11:41 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jika fenomena alam bernama Madden Julian Oscillation (MJO) yang terjadi di Samudera Hindia menjadi penyebab terendamnya 15 kabupaten di Jawa Timur hingga Jumat (8/3/2019). 

MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah.

Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ini meningkatkan potensi curah hujan bagi daerah-daerah yang dilalui.

Menurut BNPB, fenomena ini dapat bertahan hingga satu minggu.

Baca juga: Was-was Kembali Diterjang Banjir, 1.500 Warga Madiun Memilih Mengungsi

Selain itu, adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Jawa menyebabkan curah hujan meningkat.

Sebelumnya berdasarkan laporan dari Pusdalops BPBD Provinsi Jawa Timur, sebanyak 15 kabupaten tersebut antara lain Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Tranggalek, Ponorogo, Lamongan dan Blitar.

Sementara daerah yang paling parah terlanda banjir adalah Kabupaten Madiun.

Baca juga: Penyebab Banjir Bandang di Madiun Menurut Gubernur Jatim Khofifah

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, hujan deras akibat aktivitas MJO telah menyebabkan sungai-sungai dan drainase yang ada di beberapa titik di 15 kabupaten tidak mampu mengalirkan aliran air sehingga banjir merendam beberapa lokasi pemukiman dan jalan.

"Data sementara, banjir menyebabkan lebih dari 12.495 KK terdampak. Sebagian masyarakat yang terdampak telah mengungsi ke tempat yang lebih aman," kata Sutopo melalui rilis ke Kompas.com, Jumat. 

Untuk daerah paling parah dilanda banjir yakni Madiun, Sutopo menjelaskan jika banjir di wilayah tersebut disebabkan karena meluapnya sungai Jeroan yang merupakan anak sungai Madiun.

Baca juga: Banjir Bandang Madiun Meluas Masuk ke Ruas Tol JNK

 

Tercatat sebanyak 39 desa, 8 kecamatan di Kabupaten Madiun terendam banjir sehingga menyebabkan 4.317 KK atau 17.268 jiwa terdampak banjir.

Rumah rusak berat dua unit, sawah tergenang 253 hektar, tanggul rusak tiga titik, jembatan rusak dua unit, gorong-gorong rusak satu unit, dan ribuan ternak terdampak.

"Bupati Madiun telah menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari yaitu tanggal 6-19 Maret 2019," lanjut Sutopo.

Potensi curah hujan dan puting beliung

Menurut dia, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) juga memperkirakan hujan berpotensi tinggi untuk daerah-daerah di Indonesia.

Pada 6 Maret 2019, curah hujan berintensitas tinggi dan berdurasi lama turun di beberapa daerah sehingga menimbulkan banjir, longsor dan puting beliung di beberapa titik.

Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung.

Baca juga: Pemkot Surabaya Kirim 2 Truk Bantuan untuk Korban Banjir di Madiun dan Ponorogo

 

Sementara potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih berpelunag terjadi di beberapa wilayah di Jawa, Bali, NTB, NTT Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Papua Barat.

"BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dan masyarakat masih melakukan penanganan darurat. Evakuasi, pemberian bantuan permakanan, pendirian tenda dan lainnya masih dilakukan. Pendataan dampak banjir masih dilakukan BPBD," kata Sutopo. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com