KARAWANG, KOMPAS.com - IP, salah satu tersangka kasus video "Jika Jokowi Terpilih, Tidak Ada Lagi Azan", dikenal sebagai warga biasa, bukan anggota partai maupun simpatisan politik.
Ketua RT 002 RW 003, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Lilis mengaku, kaget dengan apa yang menimpa IP.
Sebab, setahu Lilis, tetangganya itu hanya penjual nasi uduk biasa dan tidak aktif dalam dunia politik.
"Sehari-harinya masak, jualan uduk, atau terkadang menerima pesanan. Anaknya ada yang baru mau genap (berumur) enam tahun. Jadi, saya enggak menyangka itu," kata Lilis, saat ditemui Kompas.com, di rumahnya, Kamis (28/2/2019).
Lilis mengaku, sudah mengenal IP sejak lama. Ia pun mengetahui perkara yang menimpa IP setelah ramai pemberitaan.
"Sudah kenal sejak lama sebelum pindah di sini," kata dia.
Kompas.com juga menyambangi rumah IP. Namun, pagi itu, rumahnya sepi. Meski begitu, ada cucian baju yang tengah dijemur.
Di bagian depan atas rumah terdapat spanduk bertuliskan Posko Pemenangan Prabowo Sandi. Di jendela juga terdapat beberapa tempelan stiker.
"Saya tidak tahu. Kami kaget, tahu juga dari berita," kata salah seorang tetangga yang enggan menyebutkan nama.
Kompas.com kembali menuju Suparjo alias Abah Ajo di kontrakan miliknya. Abah Ajo adalah lelaki yang juga ada dalam video tersebut.
Hanya saja, Abah Ajo tak ada di tempat. Istrinya, Latifah, mengaku belum bertemu abah.
"Abah belum pulang. Saya juga lagi cari Abah," kata Latifah, ditemui di sekolah tempat ia berjualan es.
Latifah menyebut, Abah Ajo tak tahu apa-apa perihal video tersebut. Apalagi, pendengaran lelaki 70 tahun itu sudah tak begitu jelas.
"Abah saat itu mau shalat, pendengarannya rada terganggu, dia enggak tahu juga ngomong apa," kata dia.
Latifah mengungkapkan, ia dan suaminya tak mau terlibat dalam masalah itu. Ia menyebut, suminya cukup terkejut ketika dua kali dipanggil polisi untuk dimintai keterangan.