Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Panen Raya, Petani Jagung Dihantui Penurunan Harga

Kompas.com - 18/02/2019, 16:04 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah panen jagung para petani di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, dihantui menurunnya harga jagung kering di tingkat petani.

Beberapa minggu yang lalu, masih seharga Rp 5.000 per kilogram, saat ini sudah menurun menjadi Rp 3.500 per kilogram. Pemerintah berupaya meningkatkan harga jual di tingkat petani.

Salah seorang petani di desa Getas, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Ponijem mengatakan, saat ini harga jagung kering pipilan di tingkat petani dijual dengan harga Rp 3.500 per kilogram.

"Ya lumayan, tetapi kalau bisa Rp 4.000 per kilogram enggak usah banyak-banyak," katanya saat ditemui disela panen raya jagung di Padukuhan Tanjung, Desa Getas, Kecamatan Playen, Senin (18/2/2019).

Baca juga: Jokowi Sebut Impor Jagung Turun, Ini Kata Kementan

Dikatakannya, saat ini hampir seluruh petani di desanya sedang memanen jagung. Untuk menghasilkan jagung kering diperlukan pemanasan dengan cara tradisional selama 2 sampai 3 hari. "Untuk tempat saya hasilnya dua sampai tiga kwintal, nanti setelah panen ditanami jagung lagi,"ucapnya.

Penurunan harga diakui oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto.

Menurut dia minggu lalu saat panen perdana jagung harga perkilogramnya mencapai Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per kilogram. Harga ini terus menurun hingga saat ini.

"Mungkin karena produksinya tinggi,"katanya.

Baca juga: Panen Jagung Melimpah, Mentan Sumringah

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, pemerintah terus berupaya menyeimbangkan harga hasil panen jagung.

Petani juga diharapkan tidak menjual secara bersamaan hasil panennya. Apalagi kemungkinan bulan Maret mendatang akan ada masa panen jagung bersama di Indonesia. Pemerintah terus mengantisipasi agar harga jagung tidak menurun.

"Antisipasi jangan sampai harga turun. Kita berikan bantuan pengering jagung. Sehingga para petani dapat menyimpan hasil panen dan tidak dijual pada saat bersamaan,"katanya.

Pengusaha pakan ternak harus aktif kerja sama dengan petani. Penyuluh harus terus memantau harga harian jagung sampai dengan panen raya nanti. Tahun ini diharapkan produksi jagung bisa mencapai 30 juta ton.

Baca juga: Saat Jokowi Heran Harga Jual Jagung Kering di Petani Rp 3.500 Per Kilogram...

 

"Untuk mencegah anjloknya harga jagung,mulai dipikirkan menjual jagung dalam bentuk olahan pangan maupun industri,"ucapnya.

"Saya dari Pandeglang jagung tidak hanya pakan ternak tetapi industri pangan, Sehingga kebutuhan jagung meningkat peluang bagi kita semua,"ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sasongko mengatakan, Gunungkidul merupakan wilayah penghasil jagung terbesar di DIY. Bahkan menurutnya, 80-85 persen kebutuhan jagung bersumber dari Gunungkidul.

"Produksi jagung tertinggi sekitar 80 sampai 85 persen. Kita akan tingkatkan perluasan (lahan jagung)," ujarnya.

Baca juga: Antisipasi Paceklik, Pemerintah Siapkan Skema Serap Gabah dan Jagung

Menurutnya, jika tidak ada keseimbangan harga maka akan berpengaruh terhadap harga jual bahan pangan lainnya.

"Kalau harga jual jagung tinggi, petani senang. Tapi peternak susah, harga telur dan daging bisa saja naik karena harga pakan ternak naik. Jadi kita butuh keseimbangan harga,"katanya.

Pada kesempatan tersebut dilaksanakan kesepakatan poktan dengan himpunan peternak kecil menyerap hasil panen di Desa Getas, seluas 135 hektar atau setara 1.080 ton dengan harga Rp 3.650 per kilogram pipilan kering dengan kadar air 17 persen. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com