Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar Pranowo: Kalau Salah Pilih Pemimpin Bisa "Gelo"

Kompas.com - 17/02/2019, 14:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - "Tuanku adalah Rakyat, Gubernur hanya Mandat" adalah prinsip seorang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang ditulis dalam biodata akun media sosialnya.

Menurut Ganjar prinsip tersebut mengandung arti bahwa rakyat lah yang memilih pemimpin, rakyat yang memberi tugas pemimpin, bukan pemimpin yang mencari pemilih.

"Kita lah yang memberi kriteria ketika memilih pemimpin. Nek salah pilih iso moncrot, gelo (menyesal), Nek ora milih (kalau tidak memilih), berarti jadi orang yang tidak tanggung jawab," kata Ganjar saat menjadi pembicara Dialog Budaya Kerja Menuju Indonesia Bahagia di Keloen Original Batik Artwork, Dusun Wanasri, Kelurahan Tirtosari, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Sabtu (16/2/2019) malam.

Baca juga: Ganjar: Saya Itu Kalau Ada Bawaslu Risih, Tapi Nanti Saya Ajak

Ganjar mengimbau masyarakat untuk cerdas dalam memilih pemimpin, termasuk tidak ikut dalam menyebarkan berita bohong alias hoaks. Ganjar mencontohkan peristiwa penutupan pemerintah federal Amerika yang sampai saat ini membawa dampak luar biasa.

"Gelombang protes pegawai negeri masih berlangsung karena tidak mendapatkan gaji. Itu dampak rakyat di sana salah memilih pemimpin, yang tidak bisa diajak rembugan (bermusyawarah). Sehingga, pemerintahan menjadi mandeg," tandasnya.

Karena itu, menurut politisi PDI-P itu, menjadi pemimpin harus punya akal sehat, hati bersih dan memberi manfaat untuk sesama.

Baca juga: Selama 1,5 Jam Diperiksa Bawaslu, Ganjar Dicecar 20 Pertanyaan

"Golek (cari) pemimpin yang peduli lingkungan, cinta Indonesia dan cinta rakyat. Nek gak sanggup, minggir. Entuk ngamuk, tapi ora ngomak-ngamuk, (kalau tidak sanggup, minggir. Boleh ngamuk, tapi jangan ngamuk terus)," tukas Ganjar.

Dalam kegiatan dialog budaya itu, hadir pula pembicara lainnya, yakni Direktur Eksekutif Yayasan Karina RD Antonius Banu Kurnianto, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Kajen Pati Gus Umar Fayumi dan budayawan Triyanto Triwikromo.

Budayawan Triyanto Triwikromo menambahkan, bahwa dalam perspektif kebudayaan memilih pemimpin adalah untuk hidup bahagia atau tidak, berporos pada noto karep (menata niat/kehendak).

"Noto karep. Apakah mau menata kehendak berkuasa, atau menata kehendak untuk mensejahterakan rakyat, menghidupkan rakyat sesuai kebutuhannya," ujarnya.

Baca juga: Pakai Pakaian Adat Jawa, Ganjar Pranowo Penuhi Panggilan Bawaslu

Kemudian, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang bisa hidup sederhana, dalam ungkapan Jawa "sak cukupe, sak butuhe, sak benere, sak mestine". Sikap demikian bisa menhindarkan dari tindakan korupsi.

"Tapi persoalannya, masih banyak yang rakus, akhirnya korupsi. Prinsip hidup Jawa sudah mengajari tidak berlebihan. Boleh bilang mangan (makan), tapi nek mongan mangan (makan terus) jadi berlebihan. Ngontak-ngantuk. Mloka-mlaku. Sakcukupe wae (secukupnya saja). Memilih hidup bahagia itu kuncinya noto karep," ungkap Triyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com