Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhenti Jadi Pegawai Kantoran, Alan Memilih Membangun Desanya dengan Lidah Buaya

Kompas.com - 15/02/2019, 17:17 WIB
Markus Yuwono,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki Dusun Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tampak ratusan lidah buaya yang ditanam di pekarangan rumah warga.

Tanaman ini tumbuh subur di desa itu bermula inisiatif warganya, Alan Efendhi, yang membeli bibit jenis Aloe Chinensis Baker dari Sidoarjo, Jawa Timur pada 2014 lalu.

Saat itu Alan masih bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta.

"Waktu itu saya melihat dari internet tentang budidaya lidah buaya. Saya melihat Pontianak yang daerahnya tidak jauh berbeda dari sini (Gunungkidul) bisa tumbuh dengan baik kenapa tidak dicoba," katanya saat ditemui di kediamannya, Jumat (15/2/2019).

"Awalnya sempat berpikir beli dari Pontianak, tetapi lidah buaya kan mudah busuk. Ternyata di Sidoarjo ada, lalu saya membeli dari sana 500 batang, dipaketkan naik kereta api. Sampai di sini tinggal 350an batang yang masih hidup," lanjut Alan.

Baca juga: Jus Lidah Buaya Lancarkan Pencernaan

Alan mengatakan, saat itu lahan di sekitar rumahnya masih ditanami kacang tanah. Ibu Alan, Sumarni sempat bingung karena kedatangan ratusan batang bibit lidah buaya.

Namun. Sumarni tetap yakin tumbuhan tersebut bisa tumbuh di desa itu. 350an batang lidah buaya kemudian ditanam. Namun, hanya 150an batang saja yang bisa tumbuh dengan baik. 

Dengan sisa tumbuhan yang ada, Sumarni lalu memaksimalkan tumbuhan tersebut sampai akhirnya tumbuh dengan baik.

"Waktu pulang saya mengajak ibu-ibu di sini menanam, tetapi belum mau. (mereka) Ingin melihat dulu hasilnya. Setelah berhasil cukup baik, lalu mereka mau menanam," ujar Alan.

Alan mengatakan, dia membagikan 50 batang lidah buaya masing-masing untuk 100 warga desa. Saat ini, lidah buaya sudah berkembang menjadi puluhan ribu batang di dusun dan desa sekitar.

Alan mengatakan, dirinya lalu belajar membuat olahan dari tumbuhan lidah buaya. Dengan kegigihan yang dimiliki meski tak memiliki kemampuan bertani karena dirinya lulusan jurusan sistem informasi di salah satu universitas di Jakarta.

Namun, dengan pengetahuan yang diperoleh dari internet, Alan memberanikan diri membuat produk minuman dan makanan yang berbahan dasar lidah buaya selama dua tahun terakhir.

Saat ini, dia berhasil membuat produk olahan nata de aloevera dan kripik dari lidah buaya.
Alat melibatkan warga sekitar untuk memproduksi makanan dan minuman tersebut.

Alan mengatakan, saat ini pemasarannya hanya mencakup lokal saja. Ini karena produk tersebut belum bisa bertahan lama. 

Untuk itu, pada Maret mendatang, Alan akan didampingi LIPI untuk melakukan riset agar produk tersebut bisa bertahan lama.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com