Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Terputus, Siswa di Aceh Besar Seberangi Sungai Menggunakan Rakit

Kompas.com - 15/02/2019, 16:44 WIB
Raja Umar,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Puluhan siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Desa Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, terpaksa menggunaakan sebuah rakit untuk bisa menyeberang menuju sekolah mereka.

Hal itu disebabkan jembatan gantung yang menjadi akses bagi para siswa untuk sampai ke sekolahnya terputus.

Sekretaris Desa Siron Blang Anwar mengatakan, jembatan penghubung tersebut terputus sejak akhir 2018 lalu dan hingga ini belum juga diperbaiki.

"Jembatan gantung itu putus sejak Desember 2018 lalu saat dilanda banjir besar, sehingga aktivitas anak sekolah dan warga tergangg karena jalan alternatif sangat jauh sekitar 14 kilometer jaraknya,” kata Anwar saat ditemui wartawan di lokasi jembatan, Jumat (15/2/2019).

Baca juga: Jembatan Putus, Akses Transportasi Jalan Pantai Utara Flores Lumpuh

 

Anwar mengatakan, terputusnya jembatan tersebut membuat siswa serta warga desa kesulitan untuk beraktivitas. Sejumlah warga sebelumnya terpaksa memutar sejauh 14 kilometer untuk bisa sampai ke lokasi tujuan.

Karena hal tersebut, warga memanfaatkan parahu karet milik BNPB yang sudah disiagakan di sekitar jembatan. Namun, ukuran perahu yang kecil dirasa kurang efektif sehingga salah satu warga, Ridwan membuat perahu berukuran lebih besar yang juga bisa mengangkut sepeda motor.

“Saya buat rakit awalnya karena anak saya yang tidak mau ke sekolah setelah jembatan putus. Ada perahu karet kecil dan muatannya terbatas, belum lagi ada yang basah karena jatuh yang membuat anak malas sekolah,” ujar Ridwan.

Ridwan mengatakan, tidak memungut biaya bagi para siswa. Namun, untuk masyarakat umum dikenakaan biaya sebesar Rp 5.000.

Baca juga: Miris, Jembatan Gantung di Pedalaman Aceh Utara Ancam Keselamatan Warga

“Untuk anak sekolah tidak saya pungut biaya, tapi kalau untuk warga yang menyeberangkan sepeda motor atau membawa hasil pertanian dibayar Rp 5.000. Kalau yang tidak ada uang tidak apa-apa juga, saling mengertilah kami di sini, karena saya mulai mengoperasi rakit dari pagi hingga malam hari. Dalam satu hari paling dapat Rp 100.000,” ujar Ridwan.

Pantauan di lokasi, rakit itu terbuat dari papan dan drum berukuran 2x3 meter. Dioperasikan dengan menggunakan tali dan ditarik secara manual.

Pada saat hujan turun disertai dengan arus sungai yang besar, rakit tidak dioperasikan karena membahayakan keselamatan warga. 

Salah satu warga Desa Siron Blang, Burhan (50) mengatakan, memilih jasa rakit karena perjalanan memutar sangat jauh.

"Dalam satu hari sampai lima kali saya naik rakit bolak balik, karena sawah, kebun, dan ternak saya berada di seberang sungai, kalau jalan alternatif jauh, habis juga BBM untuk sepeda motor dua liter sekali jalan. Makanya menggunakan rakit saja lebih cepat dibandingkan jalan yang jauh. Harapan kami jembatan itu segera diperbaiki oleh pemerintah," ujar Burhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com