Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Biaya dan Akses Jalan Tak Bagus, Keluarga Ini Tandu Jenazah Sejauh 60 Kilometer

Kompas.com - 13/02/2019, 09:25 WIB
Amran Amir,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

LUWU UTARA, KOMPAS.comJenazah Ranti Tanta, warga Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi selatan, yang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Andi Djemma Masamba, terpaksa harus digotong dengan berjalan kaki menuju rumah duka sejauh 60 kilometer, Kamis (7/2/2019) .

Jenasah Ranti terpaksa digotong dengan berjalan kaki oleh keluarga menggunakan sarung dan balok kayu karena tidak mampu membayar biaya pesawat Rp 50 juta rupiah sebagai alat transportasi satu-satunya selain ojek.

Saat meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Andi Djemma Masamba, jenazah Ranti diantar menggunakan mobil Ambulans dari Masamba, Luwu Utara, menuju Desa Bada Ngkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, baru kemudian digotong menuju Kecamatan Rampi melewati kawasan hutan lindung dan melintasi Sungai Lariang.

Pihak keluarga memilih menggotong jenazah dari Poso karena wilayah ini merupakan wilayah terdekat dengan Kecamatan Rampi, dengan jarak 60 kilometer.

Baca juga: Bayi Korban Gempa Palu dapat Hadiah dari Bupati Luwu Utara Indah Putri

“Waktu itu keluarga memilih untuk menggotong jenazah karena tidak memiliki biaya dan akses jalan tidak bagus untuk dilewati kendaraan, satu-satunya kendaraan yang bisa adalah pesawat udara namun dimintai biaya hingga Rp 50 juta,” kata Melki, warga Rampi, yang ditemui, Selasa (12/2/2019).

Buka akses jalan

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, saat dikonfirmasi Kompas.com di ruang kerjanya Selasa petang mengatakan, dirinya prihatin dan sedih karena kondisi seperti ini sudah berulang kali dialami oleh masyarakat Rampi.

“Pemerintah Kabupaten Luwu Utara tidak pernah berhenti membuka akses sebagaimana yang bisa kami sampaikan bahwa selama 3 tahun terakhir kami telah mengalokasikan anggaran dan menyiapkan alat berat untuk membuka akses,” kata Indah Putri.

Menurut Indah, posisi alat berat saat ini yang memperbaiki jalan sudah berada di puncak yang tinggal 3 kilometer ke daerah yang sangat sulit untuk dibuka.

“Masyarakat Rampi karena persoalan akses mereka lebih memilih menempuh jalur darat menuju ke Poso, Sulawesi Tengah, kemudian jalan kaki melewati lembah Bada menuju desa mereka,” ujar dia.

Indah berharap, dengan kejadian yang memilukan warganya tersebut, pemerintah pusat juga dapat memperhatikan kondisi tersebut.

Baca juga: Cakupan Vaksin MR Masih Rendah, Perwakilan WHO Temui Bupati Luwu Utara

“Karena dengan kondisi ini kalau hanya pemerintah daerah keterbatasan terutama dari topografi, kalau dilihat wilayah jalan yang dilalui oleh masyarakat Rampi itu memang kondisinya sangat labil dan Pemerintah Daerah Luwu Utara telah mengusulkan dan telah mendapatkan izin pinjam pakai dari Kementerian Kehutanan untuk membuka akses jalan, tetapi tetap karena kondisinya yang memang sulit maka satu-satunya jalan atau akses yang mudah adalah transportasi udara,” ucap dia.

Menurut Indah, jarak antara Ibu Kota Masamba Luwu Utara, dengan Kecamatan Rampi sejauh 80 kilometer dan baru beberapa kilometer saja bisa dilalui kendaraan roda empat.

“Untuk kendaraan roda empat sudah sampai di batas antara Kecamatan Masamba dan Kecamatan Rampi, jadi kami sudah buka akses bahkan ada beberapa kilometer sudah diaspal kemudian kami juga tahun lalu membangun 2 jembatan penghubung, yang jadi masalah adalah di dalam Kecamatan Rampi sendiri karena topografinya sangat sulit,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com