Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Nilai Tambah Bunga Mawar Lereng Gunung Lawu

Kompas.com - 09/02/2019, 07:47 WIB
Sukoco,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Kelopak mawar terlihat berhamburan di sisi pematang kebun yang kebanyakan ditanami sayuran seperti kol dan loncang.

Kelopak bunga berwarna merah tua berserakan seolah menjadi pupuk tanaman sayuran warga Desa Bedagung, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Mawar-mawar tersebut seakan tidak ada harganya.

“Kalau hari biasa memang tidak ada harganya. Paling satu tenggok Rp 3.000, itu pun pas pasaran Kliwon yang 5 minggu sekali,” ujar Sumini, salah satu warga Desa Bedagung, Jumat (8/2/2019).

Sumini mengatakan, tanaman bunga mawar memang sudah sejak dahulu kala ditanam warga di pematang kebun milik mereka. Mayoritas petani di Desa Bedagung dan petani tetangga desanya di lereng Kaki Gunung Lawu memiliki kebiasaan menanam bunga mawar di kebun mereka.

“Tidak diapa-apain, ditanam saja, setelah itu dibiarkan tumbuh sendiri, tidak juga dipupuk. Paling dibersihkan saja rumputnya,” kata Sumini.

Baca juga: Melaras Musik Tongling di Senyapnya Kaki Gunung Lawu

Meski harga mawar laku mahal hanya setahun sekali, warga Desa Bedagung dan desa lainnya di sekitar Lereng Gunung Lawu tetap saja menanam mawar di antara pematang kebun milik mereka. Hal tersebut merupakan tradisi dari nenek moyang mereka yang harus dijaga.

“Mahalnya itu setahun sekali, saat lebaran untuk bunga tabur berziarah ke makam,” kata Sadiran Mustofa, petani kol di Desa Bedagung.

Tradisi potong batang mawar

Setahun sekali para petani melakukan ritual potng batang mawar di pertengahan bulan puasa. Batang pohon bunga mawar biasanya akan dipotong hingga tersisa sekiar 15 centimeter, agar di saat menjelang akhir bulan Ramadhan, bunga mawar yang mulai mekar bertambah banyak.

Dipotongin semua itu batang mawar oleh warga. Setelah 15 hari silakan ke sini. Kebun di sini banyak sekali bunga mawar,” ujar Sadiran.

Sehari menjelang Idul Adha adalah hari paling baik untuk menjual bunga mawar. Di saat seperti itu, satu tenggok bunga mawar (diperkirakan 2,5 kilogram) bisa laku antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 jika ada kelangkaan bunga di pasaran.

“Pokoknya jangan lewat Idul Adha, karena setalah lebaran harga kembali jadi Rp 3.000 lagi,” kata Sadirun.

Kepala Desa Begadung, Subarno mengaku potensi bunga mawar di desanya cukup tinggi mengingat hampir separuh dari penduduk desa menanam bunga tersebut, baik di pelataran rumah maupun di kebun milik mereka.

Saat ini, pemerintah desa berharap adanya inovasi yang bisa memberi nilai lebih dari bunga mawar yang cukup melimpah di desanya.

“Sekitar 200-an kepala keluarga. Kalau satu kepala keluarga panen minimal 5 tenggok sampai 10 tenggok, itu sudah sekitar 15 kilo. Panen bisa sebulan sekali,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com