Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih Anak Balita yang Tercebur ke Kuali Berisi Soto Panas

Kompas.com - 08/02/2019, 18:08 WIB
Hamzah Arfah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com – Baru-baru ini warga di Gresik, Jawa Timur, dibuat heboh oleh sebuah kejadian anak bawah lima tahun (balita) tercebur ke dalam kuali berisi masakan soto panas.

Akibat kejadian tersebut, korban Muhammad Ibnu Abdilah (3), anak pasangan Kukuh Sasmito (37) dan Mufidah (37) asal Desa Kramat Inggil, Kecamatan Gresik Kota, Gresik, mengalami luka bakar hingga mencapai 50 persen.

“Kejadiannya itu Hari Kamis, 17 Januari, sekitar jam setengah sembilan malam (20.30 WIB). Saat itu, saya bersama anak-anak pulang ke Kediri, karena ada peringatan seribu hari kakeknya meninggal dunia di Pare, Kediri. Sementara suami nggak ikut, tetap di Gresik, karena kerja,” kata Mufidah kepada Kompas.com, Jumat (8/2/2019).

Saat kejadian, Mufidah tengah coba menidurkan adik korban, Ahmad Ainun Najib yang masih berusia empat bulan. Sementara korban Ibnu sempat diajak oleh pamannya atau kakak dari Mufidah, Muhammad Fatih.

“Tapi karena ngantuk, Ibnu kemudian minta digendong. Kemudian saya coba bertukar peran dengan kakak saya, untuk minta tolong menggendong yang kecil, yang kebetulan terbangun dari tidur waktu itu,” kata dia.

Baca juga: Setelah 5 Hari, Korban Kecelakaan yang Tercebur di Sungai Sembayat Ditemukan

Saat hendak digendong, Ibnu menangis karena sudah merasa ngantuk. Dia lalu mundur sambil menangis.

"Nggak tahu di belakangnya ada kuali besar tempat soto yang baru dipanasi, tercebur lah di situ,” jelasnya.

Selama hampir beberapa menit Ibnu berada dalam kuali berisi masakan soto panas tersebut. Ia sampai menjerit tidak kuat menahan panas sebelum mendapat pertolongan dari kerabatnya, Fatih.

Sebagian para tamu undangan yang kebetulan belum pulang langsung bertindak dan membantu Fatih membawa Ibnu ke rumah sakit terdekat.

Ibnu kemudian dirawat di ruang UGD selama tiga hari dan di ruang rapat inap empat hari. Korban mengalami luka bakar di tangan, punggung, pantat, dan paha.

Keluarga tidak mampu

Selepas kejadian, Mufidah langsung menghubungi suaminya, Kukuh Sasmito. Namun Kukuh tidak langsung berangkat menuju Pare, Kediri. Ia baru menyusul satu hari kemudian lantaran mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

“Mendengar kabar seperti itu, siapa orangtua yang nggak kaget? Istri pun saya marah-marahi waktu itu. Tapi karena harus mengurus SKTM dari tingkat RT/RW, desa, hingga kecamatan, saya baru menyusul sehari kemudian, dengan harapan bisa membantu meringankan biaya pengobatan anak saya,” ucap Kukuh.

Namun SKTM yang dibawa oleh Kukuh tersebut rupanya tidak banyak membantu, lantaran dia diharuskan tetap membayar biaya pengobatan Ibnu di rumah sakit sebesar Rp 5 juta. Saat itu, Ibnu divonis oleh tim dokter mengalami luka bakar hingga 50 persen.

“Sebab hanya saya yang punya KIS (Kartu Indonesia Sehat), sementara baik istri maupun semua anak saya tidak memiliki BPJS. Akhirnya ya utang kepada saudara istri saya untuk biaya pengobatan selama di sana,” tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com