Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketum PP Muhammadiyah: Masa Pemilu Terlalu Panjang dan Menguras Energi

Kompas.com - 07/02/2019, 20:15 WIB
Andi Hartik,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, proses Pemilu 2019 terlalu panjang.

Kondisi itu dinilai menyebabkan pikiran produktif berkurang karena terkuras oleh ajang lima tahunan itu.

"Di tengah tahun politik yang cukup menguras energi kita sebenarnya kita sering kehilangan ritme dan peluang untuk kerja-kerja produktif, karena energinya kan habis," katanya saat menghadiri Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kamis (7/2/2019).

"Mungkin ke depan ini menjadi masukan kepada KPU, tolong jangan terlalu lama lah proses politik ini sampai 7 bulan. Karena kan sudah terlatih, terbiasa pemilu," imbuhnya.

Baca juga: Apel Pengamanan Pemilu 2019, Kodam Pattimura Libatkan 3.200 Personel

Tidak hanya itu, panjangnya proses pemilu juga menyebabkan gesekan di tengah masyarakat. Sebab setiap kandidat akan menghimpun dukungan. Apalagi dalam sebuah kontestasi harus ada pihak yang menang atas pihak lainnya.

"Apa pun politik itu pada aras yang kompetitif dan kontestasi akan selalu menimbulkan siapa lawan siapa, kemudian menang dan kalah, kemudian masing-masing berikhtiar untuk mencari dukungan sebesar-besarnya yang akhirnya menimbulkan gesekan satu sama lain," jelasnya.

"Kalau durasinya agak pendek mungkin gesekannya akan bisa teratasi," tambah Haedar.

Menurutnya, masa proses pemilu itu paling lama empat bulan. Sedangkan saat ini, masa kampanye saja panjangnya tujuh bulan. Mulai 23 September 2018 hingga 13 April 2019.

"Mungkin paling lama 4 bulan lah. Karena kan sudah terlatih baik yang kampanye maupun yang dikampanyekan," katanya.

Baca juga: Pemuda Muhammadiyah Imbau Masyarakat Tak Golput

Sementara itu, Haedar menegaskan bahwa posisi Muhammadiyah secara keorganisasian tetap netral. Meski demikian, Muhammadiyah akan berperan aktif dalam mengawal pesta demokrasi lima tahunan ini.

"Insya Allah netral aktif. Netral dalam arti tidak partisan dalam percaturan politik ini. Aktif, untuk menjaga dan merawat anak bangsa dan kontestasi ini agar tetap demokratis, beretika dan mementingkan kebersamaan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com