Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraup Untung dari Barang Antik, Bisnis Menggiurkan Seorang Pamong Desa...

Kompas.com - 04/02/2019, 16:16 WIB
Dani Julius Zebua,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com - Pendopo bentuk joglo seluas 156 meter persegi berdiri di sebuah perkampungan sepi, di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rumah adat Jawa ini terkesan sangat menonjol karena berada di kawasan kebun jati yang seperti hutan, masih pedesaan, dan banyak ditemui rumah limasan yang lebih kecil, namun sudah berwarna pudar. 

Pendopo itu terbuka dan tidak berdinding. Bangunan dikelilingi halaman luas dengan tanaman rapi pohon keras di sana sini. Beberapa di antaranya pohon majapahit (buah mojo) yang sedang berbuah.

Karena terbuka, tampaklah barang-barang tidak biasa memenuhi ruang dan tiap sudut rumah besar ini. Barang tak biasa juga sampai berjajar di kanan kiri halaman pendopo.

Sebutlah beberapa di antaranya, ada sepeda ontel dengan gerobak samping sebagai boncengan, sepeda anak-anak, radio, televisi tabung, becak beragam bentuk, dokar, beberapa lesung penumbuk padi yang sudah tua dari sekitar tahun 1940-an, stoples jadul yang masih tren di 1970-an, hingga sofa buatan puluhan tahun silam.

Baca juga: Pasar Triwindu Solo, Pusatnya Barang Antik dan Kuno Khas Mangkunegaran

"Istilahnya, sebagai galeri barang antik, bahasa kerennya," kata Jumanta ST (36), pemilik joglo dan barang antik tersebut.

Barang antik lain yang terdapat di galerinya yakni peti kayu jati bekas wayang kulit, meja rias yang tren pada tahun 1960-an, meja pedagang dari kayu nangka yang biasa dipakai pedagang angkringan pada masa lalu.

Ini belum termasuk mobil-mobil bekas yang berada di garasi terbuka di samping joglo. Tampak di sana bajaj, bodi dari Mazda Carol yang tren pada tahun 1962-1970, replika truk Ford, hingga motor bekas keluaran tahun lama lain.

Sebuah rumah joglo pada sebuah dusun kecil di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, DIY, jadi galeri barang antik. Pemiliknya seorang pamong di kantor desa Tuksono. Selain jadi pamong, ia nyambi jualan semua barang antik di galerinya.  KOMPAS.com/ DANI J Sebuah rumah joglo pada sebuah dusun kecil di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, DIY, jadi galeri barang antik. Pemiliknya seorang pamong di kantor desa Tuksono. Selain jadi pamong, ia nyambi jualan semua barang antik di galerinya.

 

Semua tersebar agak kurang tertata, namun membentuk suasana ruang yang penuh barang antik.

Warga mengenal Jumanta sehari-hari bekerja sebagai pamong pada Kantor Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo. Pak Jumanto, begitu orang memanggil sang pamong desa ini.

Ia bekerja di kantor desa sejak 2007. Pernah menjabat Kepala Urusan Pemerintahan dan kini Kaur Perencanaan dan Keuangan.

Jumanta menceritakan, awal berkenalan dengan bisnis barang antik ketika masih tinggal di rumah orangtuanya yang terletak jauh di pedalaman dusun.

Pria kelahiran 1982 ini memang menyukai otomotif, apalagi seri lawas, dan suka dengan barang bekas yang berbau "tempo dulu".

"Hobi saya memang barang-barang antik, barang-barang klasik," kata dia.

Ia mengenang masa awal di mana dirinya bisa beli mobil super klasik Fiat Konde seharga Rp 30 juta pada tahun 2009. Tampilan klasik Fiat Konde terkesan mewah pada zamannya.

Jumanta membeli Fiat bukan sekadar untuk bergaya. Ia memanfaatkan mobil itu untuk bisnis dan menghasilkan uang.

Ia membuka sewa dan pengantaran pengantin baik jauh dan dekat, dengan Fiat Konde. Ketika itu, belum ada yang melakukan hal serupa.

Ia bisa "narik" mobil 1-2 kali dalam satu minggu, bahkan sampai ke Jakarta.

"Dulu tidak ada (pesaing). Saya iklankan (bisnis sewa ini) di Toko Bagoes. Untungnya lumayan," kata dia.

Baca juga: Mempelajari Jejak Sejarah Lewat Barang Antik...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com