Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ceples Nyamuk", Program Pemkab Banyuwangi Perangi DBD

Kompas.com - 02/02/2019, 15:36 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi memiliki program inovasi "Ceples Nyamuk" atau Cukup Enam Puluh Menit Lenyapkan Sarang Nyamuk.

Program tersebut di re-launching pada tahun 2016 lalu untuk mencegah berkembangnya nyamuk demam berdarah (Aedes Aegypti) dan serentak dilakukan bersama-sama seminggu sekali di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. 

Pencegahan dengan melibatkan masyarakat secara langsung mulai tingkat desa, sekolah hingga perkantoran. "Ceples Nyamuk" sendiri dalam bahasa daerah Osing di Banyuwangi bermakna menepuk nyamuk.

Program yang dilakukan di "Ceples Nyamuk" adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara menguras air, menutup dan mengubur serta menghindari gigitan nyamuk, memelihara ikan, memasang kawat kasa serta memakai klambu.

Baca juga: Kisah Bu Elok, 25 Tahun Jadi Petugas Juru Pemantau Jentik Cegah DBD

"Gerakan ini sudah menjadi kebiasaan di lingkungan sekolah hingga perkantoran. Biasanya dilakukan pada hari Jumat atau Sabtu di akhir pekan. Sejak digalakkan ada tren penurunan jumlah pasien DBD di Banyuwangi sejak dua tahun terakhir " jelas Sudarto Setyo, Kasi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).

Ia menjelaskan selama sebulan terakhir ada 13 pasien DBD yang tersebar di wilayah kerja sembilan puskesmas. Pihaknya telah melakukan satu kali fogging di Desa Kedunggebang kecamatan Tegaldlimo karena di wilayah tersebut ada dua pasien DBD yang yang tinggal berdekatan.

"Angkanya memang belum tinggi, tapi kami tetap mengupayakan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan melibatkan banyak unsur masyarakat. Kami berharap tidak ada korban yang meninggal dunia karena angka DBD di Jawa Timur meningkat," jelasnya.

Dia juga mengatakan belum ada program resmi pemberian ikan di kolam-kolam untuk mencegah jentik menjadi nyamuk, karena hal tersebut sudah menjadi insiatif sekolah dan perkantoran yang ada di wilayah Banyuwangi dengan mememelihara ikan di kolam yang ada di sekitar sekolah dan perkantoran secara mandiri.

Baca juga: Jatim Terbanyak Kasus DBD, Pemda Belum Tetapkan Status KLB

Sementara itu Atim Bakhrowi (56), petugas promosi kesehatan Puskesmas Kertosari mengatakan jika sejak angka penderita DBD di Jawa Timur meningkat, dia melakukan menyuluhan ke sekolah dengan melibatkan mahasiswa dari STIKES Banyuwangi untuk mensosialisasikan tentang penyakit DBD.

Dia menjelaskan selama ini ada program nasional satu rumah satu jumantik untuk pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah DBD, dan harapannya dengan penyuluhan yang dilakukan para siswa terlibat aktif untuk memantau jentik nyamuk minimal di sekitar rumahnya.

"Satu jumantik di rumah bisa dari anggota keluarga termasuk anak. Jika anak dibekali pengetahuan seperti ini di sekolah, nanti mereka akan menjadi pemantau jentik nyamuk di rumahnya sendiri secara sukarela dan ini sebagai upaya pemberatasan sarang nyamuk," jelas Atim. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com