Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Gunung Karangetang Masih Tinggi, Siaga Darurat sampai 90 Hari

Kompas.com - 30/01/2019, 18:28 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Khairina

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, masih tetap menetapkan status siaga darurat bencana Gunung Karangetang.

Hingga Rabu (30/01/2019), aktivitas Gunung Karangetang masih tinggi.

Hal ini diungkapkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sitaro Bob Wuaten, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu sore.

"Sampai saat ini aktivitas Gunung Karangetang masih tetap tinggi. Siaga darurat masih. Kan 90 hari," kata dia.

Sementara, Pos Pengamatan Gunung Karangetang mencatat, secara visual gunung jelas, kabut 0-I, kabut 0-II, hingga kabut 0-III.

Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

"Kawah 2 atau utara mengeluarkan suara gemuruh lemah sampai sedang diserai hembusan asap kelabu tebal tinggi lebih kurang 300 meter, lalu condong ke timur-timur laut," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang Yudia Prama Tatipang, dalam keterangan tertulis, Rabu.

Baca juga: Gunung Karangetang Bergemuruh dan Menebarkan Bau Belerang

Untuk kegempaan, lanjut dia, guguran terjadi lima kali, amplitudo 3-6 milimeter, durasi 50-80 detik.

"Sedangkan hembusan jumlah 16, amplitudo 8-55 milimeter, durasi 25-60 detik. Hybrid atau fase banyak jumlah 2, amplitudo 6-8 milimeter, S-P 0 detik, durasi 20 detik. Vulkanik dangkal jumlah 4, amplitudo 3-5 milimeter, durasi 4-5 detik. Vulkanik dalam jumlah 6, amplitudo 11-26 milimeter, S-P 0.5-1 detik, durasi 10 detik," ujar Yudia.

Selain itu, kata dia, tektonik jauh jumlah 1, amplitudo 15 milimeter, S-P 21 detik, durasi 70 detik.

"Juga terjadi tremor menerus (microtremor), terekam dengan amplitudo 0,25 milimeter (dominan 0,25 milimeter). Hingga saat ini tingkat aktivitas Gunung Karangetang masih level III atau siaga," sebut dia.

Terkait hal ini, pihaknya telah mengeluarkan rekomendasi.

Pertama, masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 kilometer dari kawah 2 utara dan perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya sejauh 3 kilometer.

Kedua, masyarakat menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu.

Ketiga, masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran kali Batuawang hingga ke pantai.

Kompas TV Abu gunung api Karangetang di Sitaro, Sulawesi Utara yang pekat dan tebal menutup permukiman. Hal ini membuat warga kesulitan beraktivitas.<br /> <br /> Selain jarak pandang terganggu, warga juga kesulitan untuk bernapas, sementara itu warga langsung sigap menutup bak penampungan air untuk menjaga air terkontaminasi.<br /> <br /> Sesuai informasi BPBD, dampak abu tebal memang meliputi beberapa kampung. Terkait dengan hal ini, BPBD membagikan tambahan masker ke warga. Warga diimbau untuk menggunakan masker selama beraktivitas di luar ruangan.<br /> <br /> Untuk status gunung Karangetang masih di level tiga atau siaga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com