Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Semua Sekolah Adiwiyata di Solo Terapkan Kantin Sehat

Kompas.com - 22/01/2019, 18:47 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi


SOLO, KOMPAS.com - Kantin sehat belum diterapkan oleh semua sekolah di Kota Solo, Jawa Tengah, termasuk sekolah yang telah meraih penghargaan Adiwiyata (peduli lingkungan yang sehat, bersih dan indah) dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Gita Pertiwi Surakarta, yakni lembaga yang bergerak dalam pelestarian lingkungan dan pemberdayaan perempuan, dari 15 sekolah program Adiwiyata, baik tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta di Solo belum semuanya menerapkan kriteria kantin sehat.

Sementara, merujuk pada Permen LH No 5/2013 kriteria kantin sehat sekolah meliputi makanan, suplai makanan, fisik dan bangunan, manajemen kantin dan penyuluhan serta pemantauan.

"Alasan kami memilih sekolah Adiwiyata karena mereka mengacu pada peraturan Menteri Lingkungan Hidup. Karena salah satu poin dalam peraturan itu ada kantin sehat. Tetapi ternyata mereka belum menerapkannya," kata Direktur Yayasan Gita Pertiwi Surakarta Titik Eka Sasanti dalam Dialog Multistakeholder "Menuju Solo Kota Cerdas Pangan" di Solo, Jawa Tengah, Selasa (22/1/2019).

Baca juga: Menengok Fasilitas GrabBike Lounge, dari Kamar, Kantin, hingga Barbershop

Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan agar kantin sehat menjadi salah satu standar penilaian akreditasi di sekolah. Dengan demikian, sekolah akan benar-benar memperhatikan keberadaan kantin sehat sekolah.

"Jadi, kantin sehat itu tak sekadar kalau lomba mereka juara. Tapi bagaimana mempromosikan praktik baik. Karena selama ini anggapan sekolah kantin sehat pasti mahal, apalagi syarat utama bangunannya harus terpisah, sarana dan prasarana cukup lengkap, air mengalir, dan tempat makanan terpisah," kata dia.

Titik menambahkan, pihaknya juga mendorong Pemkot Surakarta untuk menjadi salah satu anggota dari Pacta Milan. Yakni, kesepakatan kota-kota di dunia yang masuk dalam kategori Kota Cerdas Pangan.

"Kami dorong Pemkot Surakarta untuk terlibat di forum-forum internasional. Dan ada inisiatif-inisiatif lokal yang dibangun Pemkot Surakarta. Kalau kawan-kawan kami di Amerika Latin lebih menyoroti tentang kantin sekolah," jelas dia.

Direktur Yayasan Kakak Surakarta Shoim Sahriyati menambahkan, kontrol terhadap makanan yang dikirim pemasok ke kantin sekolah belum dilakukan.

Sehingga banyak anak-anak yang merupakan konsumen cerdas justru menemukan makanan kadaluwarsa.

"Kalau ditemukan adanya makanan kadaluwarsa harus dilaporkan ke sekolah. Sehingga sekolah itu tahu. Kalau tidak dilaporkan maka sekolah juga tidak akan tahu temuan itu," jelas dia.

Dirinya sepakat dengan adanya pembentukan tim khusus untuk melakukan pengawasan terhadap masuknya makanan ke kantin dari luar. Menurut dia, sebagian besar makanan kadaluwarsa yang ditemukan di kantin berasal dari pemasok.

"Berbeda dengan makanan olahan sendiri. Jika makanan itu berlebih (sisa) maka akan dikonsumsi sendiri di rumah," ungkapnya.

Kompas TV Sebanyak 600 pelajar tingkat Sekolah Dasar swasta dan negeri dari wilayah III Cirebon, mengikuti kegiatan Science Olympiade yang diselenggarakan toko Buku Gramedia Ciptomangunkusumo Kota Cirebon.<br /> <br /> Mereka berkompetisi melakukan praktik ilmu alam dengan sejumlah alat yang sudah disediakan. Olympiade kali ketiga ini mendapatkan antusiasme tinggi dari banyak kalangan, yang ditunjukan dengan jumlah peserta yang terus meningkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com