Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Kerja Keras "Profesor" Pisang dari Bantul, Lulusan Paket B hingga Jadi Pembicara di Forum Internasional

Kompas.com - 18/01/2019, 19:09 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lasiyo Syaifudin (64) akhirnya menemukan cara untuk bangkit dari keterpurukan pascagempa Yogyakarta tahun 2006 lalu, yaitu dengan cara menanam pohon pisang.

Tak hanya menanam, namun Lasiyo juga mengembangkan berbagai varietas pisang. Beberapa varietas pisang miliknya pun digemari banyak orang. Hasil penjualan bibit pisang varietas miliknya mampu menopang kehidupan keluarganya.

Tak hanya menjual, ketekunan Lasiyo bergelut dengan pohon pisang membuat dirinya diundang ke berbagai kampus baik dalam dan luar negeri untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Lasiyo pun dikenal sebagai "profesor" pisang atas kepiawaiannya mengenal pohon pisang. Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Berawal dari gempa Yogyakarta 2006

Poster pemain sepak bola yang langsung dipasang di pohon, serta karung bekas yang kembali dikumpulkan untuk alas tidur. Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006.KOMPAS.com/AMIR SODIKIN Poster pemain sepak bola yang langsung dipasang di pohon, serta karung bekas yang kembali dikumpulkan untuk alas tidur. Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

Lasiyo tinggal bersama keluarganya di Dusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DIY.

Dia menceritakan, setelah gempa besar melanda Yogyakarta dan sekitarnya, masyarakat di desanya penuh kekalutan.

Lalu, dirinya mencoba mencari cara bagaiamana membantu warga untuk bangkit dari kekalutan dan keterpurukan pascagempa. Lasiyo pun berkoordinasi dengan pihak kelurahan.

"Dulu mikirnya, bagaimana caranya menghilangkan suasana kalut warga, bagaimana kalau warga budidaya pohon pisang," ucapnya, Rabu (16/1/2019).

Saat itu dukungan pemerintah Desa Sidomulyo langsung didapatkannya, dengan mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur pemberian bantuan untuk warga.

Salah satunya, siapa menanam bibit pisang raja satu hamparan lahan lebih 50 buah, dibelikan senilai Rp 5.000 per batang.

"Karena saya yang pertama kali, waktu itu menanam 100 batang," katanya.

"Setelah ada budidaya bibit pisang dan ada yang tanya pisang, kondisi lingkungan bisa terjaga. Pekarangan yang biasanya kosong dan gersang bisa ada manfaatnya," katanya.

Baca Juga: Mengenal Lasiyo, Penjaga Toko yang Jadi "Profesor" Pisang, hingga Jadi Pembicara di Luar Negeri

2. Dikenal sebagai "profesor pisang"

Lasiyo Sang ProfesorPisang Tengah Memindahkan Bibit Pisangnya di Pekarangan Rumahnya diDusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta Rabu (16/1/2019) KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Lasiyo Sang ProfesorPisang Tengah Memindahkan Bibit Pisangnya di Pekarangan Rumahnya diDusun Ponggok, Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta Rabu (16/1/2019)

Saat itu Lasiyo memang memilih cara pengembangan pisang secara organik dan bukan menggunakan pestisida. Menurut Lasiyo, cara organik akan lebih menguntungkan dalam waktu lama dibandingkan menggunakan bahan-bahan kimia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com