Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan: Dulu Kita Impor Jagung, Sekarang Kita Ekspor

Kompas.com - 16/01/2019, 13:23 WIB
Ahmad Faisol,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan panen jagung di Desa Randu Merak, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (16/1/2018).

Mentan Amran menyebut, dulu Indonesia impor jagung dari negara lain. Sekarang akan dibalik. Indonesia yang akan ekspor jagung.

"Empat tahun lalu, Indonesia impor jagung dari Argentina dan Amerika sebanyak 3,5 juta ton nilainya Rp 10 triliun. Kemudian di tahun 2018 kita impor 100.000 ton, tapi kita ekspor 380.000 ton. Artinya di tahun 2018 produksi jagung surplus. Sekarang sudah kita balik, kita yang ekspor jagung ke luar negeri," katanya.

Amran menambahkan, dulu Indonesia impor bawang merah. Sekarang juga dibalik. Dalam dua tahun, Indonesia ekspor bawang merah.

Baca juga: Cerita Mentan Makan Telur Ayam Kampung Bareng Ibu-ibu

Terkait harga jagung, Mentan Amran menyampaikan harga jagung di tingkat petani tidak boleh di bawah Rp 3.150 per kg. Perum Bulog telah diperintahkan untuk menyerap jagung petani dengan harga tersebut agar petani ke depan tidak merugi.

"Perintah Presiden, Bulog harus membeli jagung petani Rp 3.150 per kilogram. Tidak boleh di bawah harga ini. Bulog tolong serap cepat," tegas Amran.

Penghasil bawang merah

Bupati Probolinggo, P Tantriana Sari mengatakan luas panen jagung saat ini di Kecamatan Paiton 600 ha dari prediksi panen sampai akhir Januari di Kabupaten Probolinggo 2.075 ha. Produktivitaa mencapai 8 ton/ha pipilan kering.

"Hampir 75 persen dari 1 juta jiwa mayoritas menjadi petani. Kehadiran Bapak Menteri, kami akui memberikan semangat bagi petani kami menjadi profesional. Empat tahun lalu hadir di Probolinggo, tanam bawang. Kini terbukti, Probolinggo menjadi penghasil bawang merah," ujarnya.

Baca juga: Ketua DPR Minta Impor Jagung Tak Rugikan Petani

Salimun, petani jagung meminta agar pemerintah mempertahankan harga jagung.

"Kalau bisa di atas Rp 3.000 per kg kalau di bawah Rp 3.000 kita rugi," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com