Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Kasus Titin yang Berbobot 300 Kg, Ditawari Operasi Gratis hingga Tunggu Persetujuan Suami di Hutan

Kompas.com - 10/01/2019, 15:25 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Titin Wati (37) hanya bisa terbaring di rumah kontrakannya di Jalan George Obos XXV, Gang Bima, Kota Palangkaraya. Berat badan Titin yang mencapai lebih dari 300 kilogram membuat dirinya tidak bisa bergerak.

Menurut Titin, kondisi seperti itu sudah dialaminya sejak tahun 2013 lalu.

Penyuka air es dan gorengan tersebut saat ini berharap ada uluran tangan dari dermawan untuk mengatasi masalah obesitasnya.

Inilah fakta di balik kasus obesitas yang dialami Titin di Kota Palangkaraya:

1. Suka minum air es dan makan gorengan

Ilustrasi es batuMaridav Ilustrasi es batu

Sejak berusia 31 tahun, Titin sudah tidak bisa beraktivitas apa pun karena berat tubuhnya terus bertambah. 

Untuk mandi dan makan pun harus dilakukan di tempat yang telah dibuat khusus oleh suaminya. Semua kebutuhan Titin dibantu oleh anak tunggalnya.

"Pola makan saya biasa saja, menurut saya tidak ada yang berlebihan, hanya saja saya tidak bisa minum tanpa air es, lalu saya juga paling suka makan gorengan," kata Titin saat diwawancarai Kompas.com di rumahnya, Selasa (8/1/2019).

Baca Juga: Titin, Wanita Penderita Obesitas 300 Kg Harapkan Uluran Tangan...

2. Berat badan Titin terus naik sejak usia 31 tahun

Titin terbaring pasrah di rumah kontrakannya.KOMPAS.com/ HANDOUT Titin terbaring pasrah di rumah kontrakannya.

Titin mengatakan, bobotnya terus naik setiap bulan hingga 300 kilogram pada awal tahun 2013. Saat itu usianya menginjak 31 tahun. Titin mengaku pernah berusaha untuk membatasi kenaikan berat badan, namun gagal.

"Sempat saya konsumsi obat herbal, untuk menurunkan berat badan saya, tapi hal tersebut tidak berlangsung lama lantaran keterbatasan anggaran, terpaksa saya hentikan obat herbalnya, saya pasrah saja," ujarnya.

Kondisi Titin semakin mengkhawatirkan. Setiap hari ia hanya bisa terbaring. Hampir semua kebutuhan pribadi Titin dibantu oleh suami dan anak tunggalnya.

Sementara itu, suami Titin bekerja sebagai pencari kayu di hutan Tangkiling di Kalimantan Tengah.

Penghasilannya pun hanya cukup untuk bertahan hidup, sedangkan untuk berobat membutuhkan biaya mahal.

"Suami saya hanya kerja serabutan, pulang tidak menentu, penghasilan yang diperoleh juga sangat terbatas, jangankan berharap lebih, bahkan sangat sering kekurangan," kata Titin, Selasa (8/1/2019).

Baca Juga: Sesak Napas dan Kejang, Pasien Obesitas 310 Kg Meninggal

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com