KOMPAS.com - Aktivitas Gunung Anak Krakatau terus berlangsung hingga saat ini. Berdasar pengamatan dari pos di Pasauran, Kecamatan Cinangka, Serang, Krakatau meletus 60 kali pada hari Rabu (2/1/2019).
Namun, letusan tersebut tidak menyebabkan tsunami seperti peristiwa pada hari Sabtu (22/12/2018) lalu.
Namun demikian, debu vulkanik dari erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut diperkirakan mengarah ke Pulau Jawa. Semburan debu vulkanik tersebut diduga tidak akan mempengaruhi aktivitas warga.
Berikut ini fakta perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau:
Petugas pos pemantauan di Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, mencatat telah terjadi 60 kali pada Rabu (2/1/2019).
Namun, letusan tersebut sangat kecil peluangnya memicu tsunami.Hal tersebut disampaikan Petugas Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, Deny Mardiono.
"Kalau letusan saat ini sangat kecil sekali peluangnya terjadi tsunami, karena sekarang gunungnya sudah jauh lebih rendah, tinggal 110 meter lagi," kata Deny saat ditemui di Posko Terpadu tsunami Selat Sunda, Labuan, Kabupaten Pandeglang, Kamis (3/1/2019).
Baca Juga: Krakatau Meletus 60 Kali Sehari, Peluang Picu Tsunami Kecil
Deny Mardiono mengatakan, saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau masih fluktuatif sejak adanya peningkatan pada Juni 2018 lalu.
Gunung Anak Krakatau sempat menunjukkan tren penurunan aktivitas setelah terpantau ada rayapan pada badan hingga ukurannya menyusut dari 338 meter di atas permukaan laut (Mdpl) menjadi 110 Mdpl.
Sementara pada dua hari berturut-turut, Gunung Anak Krakatau tercatat meletus sebanyak 33 kali dan 60 kali letusan.
Hingga saat ini status Gunung Anak Krakatau masih belum ada perubahan, tetap Level III Siaga.
Deny mengimbau masyarakat untuk mematuhi jarak bahaya yang ditetapkan, yakni lima kilometer dari gunung, karena memungkinkan untuk terkena lontaran material yang dikeluarkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: Pantau Anak Gunung Krakatau, ESDM akan Pasang 2 Seismograf