Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta di Balik "Awan Tsunami" di Makassar, Tunda Pendaratan 5 Pesawat hingga Radar Hadapi Kumulonimbus

Kompas.com - 03/01/2019, 07:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Fenomena awan kumulonimbus yang berbentuk mirip gelombang tsunami di langit Kota Makassar menjadi viral media sosial.

Menurut penjelasan ahli di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awan kumulonimbus tersebut biasanya muncul disertai petir dan hujan deras.

Akibatnya, pendaratan sejumlah pesawat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar terpaksa tertunda hingga menunggu "awan tsunami" tersebut hilang.

Berikut ini fakta di balik fenomena awan kumulonimbus di Makassar:

1. "Awan tsunami" menjadi viral di media sosial

Ilustrasi media sosialipopba Ilustrasi media sosial

Saat melihat fenomena awan kumulonimbus di sekitar Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, sejumlah warga Kota Makassar segera merekam dan mengunggahnya di media sosial, Selasa (1/1/2019).

Tak berselang lama, rekaman awan hitam yang bergelombang mirip seperti gelombang tsunami tersebut segera menjadi viral di media sosial.

Menyaksikan fenomena awan tersebut, masyarakat seakan teringat dengan kedahsyatan gelombang tsunami yang baru saja meluluhlantahkan sebagian wilayah Lampung Selatan dan Banten.

Nur Asia Utami, prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, menuturkan, awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya pesisir barat dan selatan.

Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” katanya.

Baca Juga: Viral, Awan Berbentuk Gelombang Tsunami Selimuti Langit Makassar, Ini Penjelasan BMKG

2. Penjelasan BMKG terkait "awan tsunami" di Makassar

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Kantor Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri kembali mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem yang sedang melanda wilayah Kepri. Jumat (19/10/2019)DOK BNPP NATUNA Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Kantor Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri kembali mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem yang sedang melanda wilayah Kepri. Jumat (19/10/2019)

Menurut Nur Asia Utami, yang dikonfirmasi pada Rabu (2/1/2019) pagi, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami itu dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.

Biasanya, awan kumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir, dan angin kencang.

“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir dan angin kencang. Periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya, bisa 1-2 jam,” katanya.

Baca Juga: Kisah Pilot yang Mendarat di Bengawan Solo setelah "Terjebak" Awan Kumulonimbus

3. Jenis awan yang berbahaya bagi penerbangan

Ilustrasi pesawat terbang.KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES Ilustrasi pesawat terbang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com