Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Laut Ekstrem, Nelayan Tradisional Dilarang Melaut

Kompas.com - 01/01/2019, 07:44 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan,
Khairina

Tim Redaksi


KOLAKA,KOMPAS.com- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara Abbas menjelaskan, hasil komunikasi pihaknya bersama BMKG, perairan Teluk Bone akan dilanda angin kencang dan gelombang laut yang ekstrem.

Oleh karena itu, nelayan tradisional tidak diperbolehkan melaut untuk sementara waktu.

Peringatan ini juga berlaku pada perusahaan kapal swasta yang melayani rute Pelabuhan Kolaka, Sulawesi Tenggara ke pelabuhan Bajoe, Sulawesi Selatan.

Nelayan akan menghadapi resiko tinggi ketika melaut. Kami tidak ingin hal buruk terjadi kepada nelayan. Mungkin bisa bersama beberapa waktu ke depan untuk tidak melaut demi keselamatan. Dan khusus pengelola feri kami betul-betul memantau sebab jalur feri dengan rute Kolaka ke Bajoe itu adalah rute terpanjang di Indonesia. Apalagi yang dilintasi ini adalah Teluk Bone. Akan kami infokan kembali kepada mereka ketika laut kembali aman untuk dilintasi,” kata Abbas, Selasa (01/01/2019).

Baca juga: Hutan Mangrove Penolong Nelayan Suku Bajau Saat Musim Angin Barat

Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kolaka, Rais Ambo mengungkapkan, selain memperingatkan nelayan dan pengelola kapal feri, pihaknya juga telah menyebar relawan bencana ke seluruh daerah yang rawan bencana di Kolaka.

Para relawan itu menyebar mulai dari arah selatan hingga utara Kota Kolaka. Daerah pesisir pantai menjadi prioritas.

“Daerah pesisir pantai menjadi prioritas kami sebab Kolaka ini memang tingkat resiko bencananya juga tinggi terutama di pinggir pantai. Daerah bagian utara abrasi pantai tiap tahunnya bertambah dan menyebabkan perpindahan pesisir pantai ke daratan. Maka dari itu, akan ada perhatian dan pemantauan lebih bagi daerah pesisir,” tegasnya.

BPBD Kolaka juga tetap memantau daerah yang teridentifikasi rawan longsor dan banjir. Khususnya daerah di sekitar perkebunan kelapa sawit.

Kompas TV Cuaca buruk yang ditandai angin kencang dan gelombang tinggi di Perairan Utara, Jakarta serta erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan menuju Pulau Seribu. Hanya 300 hingga 500 wisatawan datang ke Pulau Seribu per harinya. Data dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara penyusutan jumlah turis antara 60 hingga 70 persen. Jumlah ini sangat jauh berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana Pulau Seribu bisa dikunjungi 2 ribu hingga 3 ribu orang per hari. Angin kencang gelombang tinggi dan erupsi Gunung Anak Kraktau di Selat Sunda menjadi faktor menurunnya jumlah wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com