Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natal di Bukit Menoreh, Warga Muslim Jaga Rumah Umat Kristiani yang Pergi ke Gereja

Kompas.com - 25/12/2018, 06:45 WIB
Dani Julius Zebua,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga muslim ronda keliling kampung di Dusun Jetis, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak sedikit di antara mereka merupakan pemuda dusun.

Mereka berkeliling menyambangi rumah-rumah yang dihuni warga Kristiani. Di antara mereka ada yang sambil bawa kentongan. Ronda malam digelar dari pukul 17.00 WIB hingga 21.00 WIB pada hari Senin, 24 Desember 2018 ini.

Warga Jetis sejatinya sedang melaksanakan ronda yang tidak biasa, karena berlangsung saat hari masih sore. Rupanya, mereka mendatangi rumah-rumah itu untuk memastikan bahwa rumah warga Kristiani aman dari tindak kejahatan apa pun sepanjang ditinggal mereka menjalani ibadah Natal di gereja.

"Kami yang muslim inisiatif ronda keliling. Semua demi memberi kenyamanan beribadah tetangga kami yang kristiani. Biar makin kusyuk, mereka tidak perlu kepikiran rumah," kata Budi Narjo, ketua Karang Taruna Jodipati dari Dusun Jetis, melalui hubungan selular, Senin (24/12/2018).

Pagerharjo, salah satu desa di Bukit Menoreh, di mana terkenal dengan hampar kebun teh. Lokasinya berada sekitar 45 menit dari kota Wates, pusat Kulon Progo. Mayoritas warga bekerja di lahan tani.

Baca juga: 260 Personel Polres Lamongan Amankan Perayaan Natal dan Tahun Baru 2019

Dusun Jetis satu dari banyak pedukuhan di Pagerharjo. Dusun dihuni lebih dari 40 kepala keluarga. Mereka ini menjunjung nilai saling peduli dalam segala hal, termasuk soal menjalankan ibadah masing-masing warga.

Budi menceritakan, menyambangi rumah-rumah warga yang sedang ibadah di hari rayanya ini sudah menjadi tradisi di kalangan warga dusun. Kegiatan ini sudah hidup lama di antara mereka.

Semua berawal dari banyaknya keluhan warga yang jadi korban pencurian selagi mereka mengikuti ibadah hari raya. Warga kemudian menyepakati untuk saling bergantian menjaga dusun bila mereka menjalankan ibadah keagamaannya.

Bila hari lebaran, warga kristiani keliling ronda ke rumah-rumah tetangganya yang muslim. Begitu pula sebaliknya.

Alhasil, dusun terasa aman dan ibadah jadi lebih tenang.

"Sekarang sudah tidak ada lagi kasus pencurian. Dulu sering, karena ditinggal," kata Budi.

Handoko, salah seorang pemuda Jetis, menceritakan, warga dusun memang memiliki semangat paseduluran, yakni semangat persaudaraan yang tidak berbatas apapun, baik itu suku, agama, atau budaya.

Persaudaraan itu harus lahir dari hati. Karenanya, jika ada saudara yang kesulitan dan membutuhkan pertolongan, maka warga lain akan membantu tanpa merasa ada jarak di antara mereka.

Termasuk ronda dengan menyambangi rumah warga yang berbeda iman pada hari di mana mereka merayakan di hari besar keagamaan.

"Ini budaya yang sudah mengalir dalam darah kami sejak kami kecil. Orangtua kamicyang menanamkan paseduluran itu," kata Handoko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com