Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Upiah Karanji", Songkok Rumput yang Tenar dari Gorontalo

Kompas.com - 20/12/2018, 08:37 WIB
Rosyid A Azhar ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Bagi warga Gorontalo, mengenakan upiah karanji (kopiah keranjang) adalah kebanggaan tersendiri, karena penutup kepala ini telah menjadi identitas kebudayaan mereka.

Upiah karanji saat ini menjadi cendera mata yang paling laris diburu wisatawan. Para pelacong luar daerah ini sering terlihat memborong oleh-oleh ini untuk diberikan kepada keluarga atau koleganya.

“Songkok unik ini tidak panas dikenakan karena banyak lubang pada anyamannya,” kata Sugito, wisatawan yang berbelanja di pusat pertokoan Kota Gorontalo, Rabu (19/12/2018).

Harga songkok ini variatif, mulai dari Rp 100.000 ke atas, bergantung pada kehalusan anyamannya.

Baca juga: Limbah Rumah Makan Mampetkan Drainase Pusat Kota Gorontalo

Wujud upiah karanji ini adalah songkok yang terbuat dari anyaman rumput liar. Warga Gorontalo menyebutnya sebagai mintu.

Tokoh nasional yang selalu mengenakan songkok khas ini adalah Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), mantan Presiden Republik Indonesia. Kemana pun pergi, Kiyai asal Jombang Jawa Timur, ini selalu mengenakan upiah karanji.

“Kami bangga menjadi warga Gorontalo yang memiliki produk upiah karanji,” kata Sartika Nur, warga Batudaa, Kabupaten Gorontalo.

Untuk membuat upiah karanji ini tidak mudah. Rumput mintu yang tumbuh liar harus dicari di hutan, para perajin harus berjalan jauh untuk mendapatkannya.

Namun, ada juga warga desa yang menjual rumput ini dalam ikatan-ikatan kecil yang bisa dipakai membuat 3 upiah karanji.

Mintu menyerupai ilalang, untuk mendapatkan bahan yang siap anyam, rumput ini harus dikeringkan dulu di bawah terik matahari. Setelah itu, bagian kulitnya dikelupas dengan hati-hati.

“Batang mintu kering ini dijadikan kerangka, lalu dianyam sesuai ukuran yang diinginkan. Proses ini memerlukan waktu yang lama bisa mencapai 1 pekan untuk menghasilkan upiah karanji yang bagus,” tutur Sartika Nur.

Yang tidak kalah menariknya adalah proses membuat hiasan dengan menggunakan pola warna yang berbeda dari irisan mintu.

Pola hias bisanya berbentuk geometri sederhana yang membuatnya enak dilihat saat dikenakan.

Baca juga: Fakta di Balik Pembongkaran 5 Makam di Gorontalo Utara, Diduga Terkait Pilkades hingga Jenazah Digotong Lewati Jalan Desa

“Bisa juga berbentuk tulisan, seperti Provinsi Gorontalo, ini sangat terkenal karena pertama kali dikenakan terbentuknya provinsi ini. Peristiwa ini yang menegaskan identitas ke-Gorontalo-an,” ujar Sartika Nur.

Pekerjaan akhir adalah pengecekan anyaman, dilakukan dengan teliti untuk memastikan semua anyaman dan sambungannya terlihat rapi. Jika masih ditemukan ujung mintu yang mencuat segera dirapikan.

Salah satu kelebihan upiah karanji, saat dikenakan akan mengunci di kepala. Lubang anyaman ini seakan terkunci dengan rambut kepala.

Jadi, susah jatuh meskipun penggunanya jungkir balik kepala di bawah. “Jangan lupa kalau ke Gorontalo beli upiah karanji, biar ganteng dan awet muda” tutur Sartika Nur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com