Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Tombak Sulu-sulu, Gua Kelahiran Sisingamangaraja I (1)

Kompas.com - 10/12/2018, 06:36 WIB
Aji YK Putra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

HUMBAHAS, KOMPAS.com - Di bawah lembah Bakkara yang berada di wilayah pinggiran barat daya Danau Toba, Sumatera Utara, banyak perkampungan warga yang hampir mayoritas semuanya bekerja sebagai  petani.

Tanah yang subur menjadikan tempat di Desa Marbun Tonga Marbun Dolok, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, itu sangat laik untuk bercocok tanam.

Begitu juga dengan hamparan padi menjadikan pemandangan nan elok ketika berkunjung ke sini.

Suasana sejuk siang di bawah lembah Bakkara ditambah rintik hujan menjadikan kondisi cuaca begitu dingin. Semua masyarakat sekitar nampaknya telah terbiasa dengan dinginnya lembah Bakkara. 

Baca juga: Mimpi Anak Danau Toba di Langkah Kaki Togu dan Biston, Misi Cicit Raja Sisingamangaraja XII untuk Dunia Pendidikan di Tanah Batak (4)

Mereka terlihat hanya memakai selembar baju kaos biasa tanpa menggunakan jaket untuk menghangatkan tubuh. Anak kecil yang masih memakai seragam sekolah nampak sedang bermain di pondok batu tepat di tempat ketinggian.

Dari atas ketinggian tersebut, pemandangan cantik perkampungan dibawah lembah Bakkara sangat jelas terlihat.

Sesekali sekelompok anak kecil tanpa alas kaki itu memutar di lokasi tersebut sembari ketawa riang. Hutan rindang berbentuk pintu rimba terlihat di samping perkampungan.

Hutan itu disebut pintu gerbang menuju gua kelahiran Raja Sisingamangaraja I. Masyarakat sekitar menyebut gua tersebut Tombak Sulu-sulu.

Pepohonan dan akar yang teruntai ke bawah menjadikan tempat menuju gua tersebut menjadi tempat yang sangat suci bagi warga sekitar.

Jalan penuh bebatuan tajam ketika masuk ke dalam Tombak Sulu-sulu yang merupakan goa tempat kelahiran Raja Sisingamangaraja I.KOMPAS.com/AJI YK PUTRA Jalan penuh bebatuan tajam ketika masuk ke dalam Tombak Sulu-sulu yang merupakan goa tempat kelahiran Raja Sisingamangaraja I.

 

Bahkan, untuk memasuki lokasi tidak boleh memakai alas kaki walaupun terhampar bebatuan tajam yang harus dilewati ketika menapakkan kaki.

Pengunjung pun harus berjalan pelan agar telapak kaki tak tergores karena bebatuan yang begitu tajam dan licin.

Setelah melewati bebatuan terjal dan licin, akan terlihat terlihat gua yang cukup besar. Terdapat sesajian seperti jeruk purut dan telur diletakkan di samping batu berbentuk meja.

“Itu jangan diambil,” kata Ronald Lumbanbatu, penjaga gua, kepada Kompas.com.

Kepercayaan warga setempat, sesajen itu biasanya dibawa oleh para pengunjung atau peziarah ketika datang ke lokasi tersebut. Para peziarah sebagian besar berdoa untuk Raja Sisingamangaraja.

Baca juga: Mehamat Br Karo Sekali, Pejuang Alih Aksara Batak

“Ada juga yang tak ada keturunan, datang ke sini dan berdoa di sini kepada Tuhan. Selain itu mereka juga meminta pertolongan, misalnya ada sakit yang tak kunjung sembuh,” ujar Ronald.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com