PALANGKARAYA, KOMPAS.com – Belasan liau atau kerangka jenazah diambil dari kuburnya, dibersihkan, lalu dibaringkan di peti mati dalam pelaksanaan upacara tiwah, ritual yang dilakukan Suku Dayak untuk bertujuan mengantar arwah menuju tempat asal (lewu tatau) bersama Ranying (dewa tertinggi dalam kepercayaan Kaharingan), Selasa (04/12/2018).
Merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi keluarga apabila telah melaksanakan upacara Tiwah bagi keluarga yang telah meninggal dunia, karena mereka terlepas dari Pali Belum (Barutas Matei) akibat kematian keluarganya.
Jika sudah melakukan ritual Tiwah, maka keluarga almarhum dianggap sudah menunaikan kewajiban mulia dan tanggung jawab mutlak.
Diharapkan dengan melaksanakan Upacara Tiwah, Liau Haring Kaharingan atau orang yang ditiwahkan mendapat tempat yang Maha Suci dan Mulia “Lewu tatau Dia Rampang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat.
Baca juga: Melihat dari Dekat Kehidupan Suku Dayak di Lamandau Kalteng
Kali ini Upacara Tiwah digelar secara bersama, yang dilaksanakan oleh belasan keluarga dihalaman Komplek Balai Induk Kaharingan Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Ada beberapa tahapan dalam proses pelaksanaan upacara tiwah, pertama, keluarga harus mendirikan balai nyahu, yaitu tempat untuk menyimpan tulang belulang yang sudah dibersihkan.
Kedua keluarga harus membuat anjung-anjung atau bendera kain yang jumlahnya harus sama dengan jenazah yang akan ditiwahkan, serta ketiga, keluarga memasukkan tulang belulang ke balai nyahu.
Tahapan ini disebut tabuh 1, tabuh 2, dan tabuh 3, ini merupakan tahapan yang riskan karena di sinilah roh mulai diantarkan ke lewu tatau, tabuh dilakukan secara tiga hari berturut-turut.
Baca juga: Kisah Lulantatibu, Batik Pemersatu Suku Dayak di Perbatasan
Menurut Tirtak, Pengurus Lembaga Upacara Hindu Kaharingan, mengatakan bahwa pelaksanaan upacara tiwah ini berlangsung hingga satu bulan penuh, dimana satu keluarga akan menyiapkan satu hewan kurban yang memiliki tahapan mulai dari ayam, babi, sebelum kurban utama yang akan dipersembahkan, yaitu sapi.
Kurban sapi akan ditusuk sambil peserta menari, hewan kurban tersebut akan ditusuk hingga tidak bisa lagi berdiri atau mati. Setelah semua hewan kurban mati, akan dimasak dan dimakan bersama.
Karena hewan kurban dan pesertanya banyak, biaya untuk melaksanakan upacara tiwah ini sangat besar. Dalam setiap pelaksanaan biasanya membutuhkan biaya antara Rp 50 juta-Rp 100 juta.
Ditambahkan oleh Tirkan, bahwa Upacara Tiwah tidak sembarangan dilaksanakan, Dia mengatakan membutuhkan banyak proses untuk bisa melaksanakan Upacara Tiwah ini lantaran ini merupakan Upacara atau Ritual yang sakral.
(Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.