Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pipa Minyak Pertamina Bocor Cemari Sungai di Prabumulih

Kompas.com - 03/12/2018, 19:12 WIB
Amriza Nursatria,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PRABUMULIH, KOMPAS.com - Pipa minyak milik PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih di dalam kompleks perusahaan BUMN di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, bocor, Minggu malam (2/12/2018) sekitar pukul 01.30 WIB.

Akibat kebocoran itu, minyak mentah yang jumlahnya cukup banyak tumpah dan mencemari sungai di sekitar pemukiman di lokasi Kebun Duren, Kelurahan Prabumulih Barat, Kota Prabumulih.

Dari video amatir yang direkam warga pagi hari usai kejadian, terlihat air sungai berubah menjadi berwarna cokelat karena bercampur tumpahan minyak yang mengalir dari kompleks perusahaan BUMN tersebut.

Permukaan air juga tampak mengkilat terkena sinar matahari dan menandakan sungai itu benar-benar tercemar minyak.

Sementara pantauan di lokasi, Senin (3/12/2018), sejumlah orang dari Pertamina tampak sedang membersihkan sungai yang tercemar. Sisa-sisa dari minyak yang sudah dibersihkan lalu diangkut menggunakan kendaraan yang tersedia.

Dahlia, seorang warga setempat mengatakan, ia mengetahui sungai di dekat rumahya tercemar minyak sekitar pukul 3.30 WIB.

Baca juga: 3 Fakta di Balik Krisis Air Bersih di Gunung Kelud, Pipa Air Rusak hingga 875 KK Terdampak

Saat itu, ia melihat sungai tersebut penuh dengan minyak berwarna cokelat pekat dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat, sehingga membuat ia dan cucunya menjadi susah bernapas.

Dahlia menambahkan, ketika sungai dipenuhi minyak, banyak ikan yang mati, termasuk 3 ekor bebek miliknya.

“Jam setengah empat saya melihat sungai penuh dengan minyak, baunya sangat menyengat. Lalu pagi hari datang petugas Pertamina yang datang ke lokasi dan melarang warga menyalakan kompor atau menyalakan api. Pihak pertamina juga memberikan nasi bungkus kepada setiap warga,” katanya

Sementara itu, Sela, ibu dari seorang bayi mengatakan, akibat pencemaran minyak di sungai mereka itu, anaknya yang baru berumur satu setengah tahun mengalami sesak napas, batuk dan muntah-muntah.

Untuk itu, ia menuntut pihak Pertamina memberikan kompensasi pengobatan bagi anaknya tersebut.

“Anak saya yang baru berumur satu setengah tahun menjadi batuk-batuk, muntah sesak napas dan tak bisa tidur gara-gara limbah ini,” katanya

Sela menjelaskan, aroma tumpahan minyak itu sangat kuat seperti bau minyak tanah dan membuat ia dan anaknya menjadi agak sulit bernapas. Sela bahkan nyaris datang dan melabrak pihak Pertamina EP asset 2 Prabumulih karena sudah tidak tahan dengan aroma yang ditimbulkan dari tumpahan minyak tersebut.

Sementara itu, Asmen Legal and Relation Field Pertamina Prabumulih, Setyo Pujihartono membenarkan adanya kebocoran minyak yang menyebabkan sungai warga tercemar.

Namun, jelas Setyo, pihak Pertamina segera melakukan upaya perbaikan pada pipa yang bocor dan berupaya membersihkan aliran yang tercemar.

Baca juga: Fakta di Balik Bocornya Pipa Gas Chevron, Semburan Api hingga Kelalaian Operator

Sedangkan untuk penyebab kebocoran, Setyo menyebutkan itu karena faktor alam karena saat ini cuaca hujan dan panas serta adanya tekanan minyak sehingga menyebabkan pipa bocor.

“Ya, penyebabnya adalah faktor alam sudah pasti, ditambah pres tekanan minyak kita saat ini dan cuaca hujan dan panas,” katanya.

Setyo memastikan bahwa pengerjaan pembersihan sungai akan dilakukan hingga sungai betul-betul bersih. Sedangkan untuk kompensasi pengobatan seperti yang dituntut warga akan dilakukan setelah mendapat hasil kajian dampak dari pencemaran minyak tersebut dari tim yang akan diterjunkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com