KOMPAS.com - Kasus hukum yang menjerat Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar, mendapat perhatian dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Hal tersebut terungkap saat Jusuf Kalla berpidato dalam acara Pembukaan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Saat itu Jusuf Kalla menyebut, pilihan politik Dahnil tidaklah selalu diikuti oleh Pemuda Muhammadiyah lainnya.
Komentar pun muncul dari Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Haedar menyoroti bahwa khittah Muhammadiyah adalah menjaga jarak dengan pergumulan politik.
Berikut komentar menarik seputar acara pembukaan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta dan kasus Dahnil Anzar.
"Ini tahun politik, demokrasi cara kita memilih pemimpin yang baik. Saya menghargai Muhammadiyah pilih yang terbaik, bukan memilih yang paling keras atau hebat kampanyenya.
Walaupun Dahnil di pihak nomor 2 tapi tidak berarti Pemuda Muhammadiyah harus untuk ikut kebijakan politik dia," kata Jusuf Kalla, Senin.
Menurut Jusuf Kalla, Ketua Umum PP Muhammadiyah memberikan kesempatan untuk memilih yang baik, dan merupakan demokrasi yang baik.
"Demokrasi bukan angka saja tapi memajukan bangsa ini. Bukan hitung-hitungan saja, tapi memajukan bangsa ini. Itu yang menjadi hak politik masyarakat," ucapnya.
Baca Juga: Buka Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Jusuf Kalla Sempat Sindir Dahnil Anzar
Usai mendengar pidato Jusuf Kalla, Dahnil Anzar menganggap Wapres Jusuf Kalla merupakan tokoh yang bijak.
"Saya pikir pak Jusuf Kalla orang yang bijak ya selama ini menjadi orang tua kami, dan saya juga sering berdiskusi dengan beliau, dan beliau terbuka. Bahwa kami selalu mengatakan, Pak kita bisa berbeda tetapi perbedaan itu bisa menggembirakan,"katanya.
"Jadi sejatinya politik itu seperti yang disampaikan oleh pak Jusuf Kalla. Saya sebagai ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah tentu harus memastikan secara institusional seperti fatsunnya Muhammadiyah netral, tapikan secara pribadi saya tentu berbeda," katanya.
Baca Juga: Muhammadiyah, NU, dan Jusuf Kalla