Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perahu Patah karena Ombak Besar Pantai Selatan, Satu Nelayan Terluka

Kompas.com - 27/11/2018, 17:56 WIB
Dani Julius Zebua,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com - Ombak menggulung sebuah perahu nelayan yang hendak melaut di Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perahu itu terbelah menjadi dua karena terjangan ombak itu.

Seorang nelayan bernama Ngudi Warno (50), warga Dusun Sangetan, Glagah, mengalami patah tulang betis pada kaki kiri, dan sobek pada bagian kaki kanan dalam insiden ini.

Sedangkan rekannya asal Dusun Tawangsari, Pengasih, Erik Riyanto (28), tak mengalami luka apa pun.

"Kaki kiri yang retak ini tertimpa kapal. Yang kanan sobek kena baling-baling," kata Ngudi, di rumahnya, sepulang dari rumah sakit terdekat, Selasa (27/11/2018).

Baca juga: Kapal yang Ditumpangi Wartawan Karam Diterjang Ombak Bono di Riau

Pantai Glagah berada di Selatan Yogyakarta. Pantai itu menghadap ke samudera lepas.

Ombak di sana tinggi dan besar, angin kencang, dan suara deburnya cukup merontokkan nyali. Selasa pagi, lima kapal dari kelompok nelayan "Ngudi Mulyo" hendak melaut.

Ngudi mengatakan, aktivitas melaut dilakukan mulai pukul 06.00. Seperti biasa, mereka berniat menangkap lobster dan bawal putih.

Kebetulan ombak pagi itu tidak tinggi. Dua kapal pertama berhasil berlayar ke tegah laut.

Kapal ketiga di mana Ngudi dan Erik berada di posisi ketiga. Seperti nelayan lain, kapal yang mereka gunakan jenis perahu jukung di mana terdapat sayap di kanan kirinya.

Perahu dengan nama lambung Dirgahayu itu tak berhasil melewati deretan ombak. Mereka memutuskan kembali.

"Posisi kapal sudah menyerong, ombak datang dan menggulung kami dan perahu terbalik," kata Ngudi.

Badan perahu mengenai kaki Ngudi dan menyebabkan tulang betis kaki kirinya patah. Punggung luar kaki kanan juga robek akibat teriris baling-baling mesin kapal.

Perahu pun terus digulung dan didorong ombak. Perahu sampai patah menjadi dua karena benturan sana sini.

Sayap dan tiang-tiang pun patah. "Ditutuki (bahasa Jawa dari dipukul berulang) ombak sampai patah," kata Ngudi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com