Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Candi Borobudur Diusulkan jadi Cagar Biosfer Dunia

Kompas.com - 23/11/2018, 21:01 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Kawasan Candi Borobudur diusulkan menjadi cagar biosfer dunia oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (Unesco).

Direktur Eksekutif Komite Nasional Man and Biosphere Program (MAB) Unesco Indonesia LIPI, Y Purwanto menjelaskan, cagar biosfer merupakan kawasan ekosistem yang keberadaannya diakui dunia internasional, juga sebagai bagian dari program Man and Biosphere Unesco.

“Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, dan kebudayaan,” jelas Purwanto, dalam Diseminasi Hasil Kegiatan IBSAP Lokus Borobudur di Hotel Grand Artos Magelang, Jumat (23/11/2018).

Baca juga: Ajang Borobudur Marathon 2018, Ucapan Terima Kasih untuk Warga Magelang hingga Tips dari Sang Juara

Saat ini, LIPI tengah melakukan pengkajian di kawasan Borobudur yang meliputi tiga kluster penting, yakni Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu, karst Menoreh dan sekitarnya, dan Borobudur beserta kawasan pendukungnya.

"Kalau nanti sudah disahkan sebagai Cagar Biosfer, tentu kita bisa mem-brandingnya di tingkat dunia. Dampaknya bisa dilihat dari pelestarian keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, budaya, dan pariwisata,” katanya.

Purwanto memaparkan, sejauh ini sudah ada 14 cagar biosfer di Indonesia, namun tidak ada kawasan di Jawa Tengah yang masuk dalam daftar tersebut. Padahal provinsi ini memiliki potensi yang besar.

Selain Borobudur, lokasi lain yang akan diusulkan adalah kawasan Karimunjawa yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten Jepara. Kedua kawasan ini menjadi kandidat kuat karena masuk destinasi unggulan di Indonesia.

"Terlebih, keduanya sudah masuk dalam daftar Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), sehingga menjadi prioritas untuk dikembangkan. Jadi dua ini terus kami kaji dan akan diajukan ke Unesco untuk disahkan," imbuhnya.

Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Witjaksono menyatakan, untuk mewujudkan cita-cita itu pihaknya telah melakukan penelitian terkait keanekaragaman hayati yang ada di relief Candi Borobudur.

"Hasilnya, ada sekitar 80 jenis tanaman yang terukir di relief Candi Borobudur. Namun, hanya 13 jenis yang telah dibukukan dan bisa menjadi bahan pendidikan," ujarnya.

Adapun jenis tanaman yang terukir di relief itu, di antaranya pisang, manggis, sukun, tebu, nangka, lotus, asam jawa, pulai, dan lainnya.

"Saya rasa semua jenis tanaman ini masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat,” urainya.

Di sisi lain, perlu adanya komitmen yang kuat dari pemerintah daerah setempat guna mewujudkan status cagar biosfer dunia untuk kawasan Candi Borobudur dan Karimunjawa. Demikian pula perlu dukungan sistem pengelolaan yang baik. 

Kompas TV Sebanyak hampir dari 10.000 pelari yang berasal dari berbagai kota di Indonesia dan luar negeri Minggu siang meramaikan Bank Jateng Borobudur Marathon 2018 yang dilaksanakan di Taman Lumbini Kompleks Candi Borobudur, Magelang Minggu siang. Kategori yang dilombakan dalam Borobudur Marathon yakni kelas 10k, 21k, dan 42k yang masing-masing terdapat kelas terbuka dan kelas tertutup. Kelas tertutup merupakan pelari asal Indonesia sementara untuk kelas terbuka merupakan peserta dari luar negeri. Dari semua kategori untuk open marathon diraih oleh pelari asal Kenya tidak tanggung-tanggung mereka merebut semuanya mulai dari posisi 1 hingga posisi 3 di semua kelas terbuka.<br /> <br /> Evaluasi pun dilakukan ketua penyelenggara Borobudur Marathon 2018 sekaligus wakil pemimpin umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo selain cuaca yang terik hingga menguras energy, juga dijelaskan penerapan ketentuan Cut Off Time (COT) dan Cut Off Point (COP).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com