Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Usia ke-11, Biyan Silalahi Mampu Sutradarai Film Pendek

Kompas.com - 19/11/2018, 19:45 WIB
Agie Permadi,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Menjadi seorang sutradara bukanlah profesi yang mudah. Ia harus dapat memvisualisasikan apa yang tertulis dalam skenario atau naskah, mengontrol aspek seni dan drama dalam sebuah pembuatan film sesuai dengan manuskrip yang ada.

Ia juga harus mampu mengarahkan para pemeran film untuk merealisasikan naskah menjadi suatu produk film yang mumpuni.

Beberapa waktu lalu di Nu Art, sebuah film pendek diputar, terproyeksi dalam sebuah layar 1x1,5 meter.

Film itu berjudul "Petani", sebuah kisah yang menceritakan tentang bagaimana menghargai jasa dari para petani yang telah menyediakan beras sebagai makanan pokok kita sehari-hari.

Siapa sangka film berdurasi 9 menit ini di sutradarai oleh seorang anak yang masih duduk di kelas 5 sekolah dasar (SD).

Anak itu bernama Biyan Silalahi (11). Meskipun masih hijau, melalui ketajaman visualnya, Biyan mampu mengangkat film yang sarat akan pesan moral bagi anak seusianya hingga dewasa.

Sutradara ciik ini mencoba menyampaikan pesan melalui kebiasaan kita untuk tidak menyia-nyiakan makanan, terutama nasi yang berasal dari padi.

Baca juga: Sutradara Pertahankan Becak dan Opak untuk Nostalgia di Film Keluarga Cemara

Kompas.com berkesempatan berbincang dengan sutradara cilik tersebut.

Anak yang penuh energi ini menceritakan kecintaan dirinya terhadap dunia perfilman berawal dari sebuah tugas sekolah saat dirinya masih duduk di kelas 3 SD. Saat itu, gurunya memberikan tugas siswa untuk membuat film.

Film horor sekolah menjadi film pertama Biyan saat itu. Dengan menggunakan kamera miliknya sendiri, Biyan memberanikan diri untuk membuat film sederhana dengan latar sekolahnya.

"Terperangkap Mimpi" judul pertama film Biyan yang saat itu mendapatkan apresiasi dari guru pembimbingnya itu.

Guru pembimbing Biyan yang menyukai konsep filmnya tersebut kemudian mengikutsertakan film pendek pertamanya itu ke Bandung Film Council. Saat itulah minatnya untuk menjadi sutradara kian bertambah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com