Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Kehidupan Tunawisma, dari Tempat Kumuh hingga Alat Isap Sabu

Kompas.com - 12/11/2018, 09:57 WIB
Masriadi ,
Khairina

Tim Redaksi

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Matahari baru saja membungkuk ke timur, Minggu (11/11/2018).

Gedung berlantai dua di kompleks Pasar Pusong, Kota Lhokseumawe terlihat sepi. Hanya beberapa orang tampak menghindar ketika polisi dan aparat desa mendatangi gedung itu.

Bangunan yang rampung dikerjakan tahun 2015 lalu itu sebenarnya bangunan pasar. Namun belum pernah difungsikan. Dibiarkan begitu saja. Karena itu, tuna wisma menggunakan lokasi itu menjadi tempat tinggal.

Sebagian turut membawa keluarga, sebagian lagi hidup seorang diri. Bahkan sebagian diantaranya hidup di usia senja.

Cat dinding bangunan mulai mengelupas. Terlihat kumuh, penuh tumpukan barang dan tak layak huni. Kotoran manusia terlihat di beberapa sudut. Sungguh tempat nan kumuh dan memilukan.

Di satu sisi tampak bong (alat hisap sabu-sabu) menumpuk. Nyaris satu wadah. Tampaknya, lokasi itu digunakan pula oleh pengonsumsi narkotika. Saat wartawan ingin berbicara dengan penghuni gedung mereka menghindar. Tak mau berbicara pada awak media.

“Jangan sama saya bicara,” kata seorang pria paruh baya.

Baca juga: Kembali ke Chicago, Kanye West Beri Tunawisma Sepatu Yeezy dan Uang

Aparat Desa Pusong,Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Abdullah, mengaku sudah melaporkan kondisi itu ke Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya.

Laporannya bukan sebatas kondisi bangunan yang sebagian besar asetnya hilang dicuri. Namun juga agar bangunan itu segera difungsikan.

Sebagian bahan bangunan yang dicuri misalnya, seng, plafon, teralis besi dan lain sebagainya. Jika pun difungsikan, maka harus direhab kembali.

“Kami sudah beberapa kali meminta agar mereka yang menetap di sini kembali ke kampung halamannya. Mayoritas ini pendatang dari beberapa daerah di Aceh,” kata Abdullah.

Namun, peringatan dari aparat desa diabaikan. Apalagi, belum ada tindakan untuk mengosongkan bangunan itu.

“Warga resah juga, ini kerap dijadikan tempat mengonsumsi sabu. Lihat sendiri tuh banyak betul bong,” terangnya.

Abdullah memberi waktu tiga hari untuk mereka yang menempati bangunan itu. Direncanakan bangunan itu dikosongkan.

“Rabu nanti kami datang untuk pengosongan, harap tinggalkan tempat ini. Pulanglah ke kampung masing-masing,” kata Abdullah pada penghuni gedung itu.

Sang penghuni terdiam, mengangguk, dan lalu meninggalkan rombongan.

Bangunan di pusat kota itu tampaknya perlu ditata ulang. Agar indah dan bermanpaat bagi masyarakat dan pedagang pasar dan tentu harus ada solusi untuk tunawisma di daerah itu.

Sore mulai merangkak ketika rombongan meninggalkan gedung. Dengan janji Rabu akan datang lagi, untuk penggusuran tunawisma.

Kompas TV Warga sekitar mengenal korban sebagai tunawisma yang biasa memancing di kolong tol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com