Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Ibu Ikhlas meski Kabar Jatuhnya Lion Air yang Bawa Anaknya Sempat Dirahasiakan

Kompas.com - 01/11/2018, 19:12 WIB
Amriza Nursatria,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

PALI, KOMPAS.com - Orangtua Asep Saripudin (25), korban pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 yang jatuh saat terbang menuju Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, dari Jakarta pada Senin (29/10/2018), hanya bisa ikhlas apapun kondisi anaknya Asep jika ditemukan nanti.

Pak Husnaidi dan Ibu Kaini hanya berharap, Asep ditemukan, baik selamat ataupun meninggal dunia, dan bisa kembali ke rumah mereka di Kelurahan Pasar Bhayangkara, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Regency, Sumatera Selatan.

Kemarin, Rabu (31/10/2018), rumah orangtua Asep tampak sepi. Hanya ada Pak Husnaini dan Ibu Kaini, satu orang kerabat dan dua kakak perempuan Asep yang sedang memantau siaran televisi yang menyiarkan kejadian tersebut.

Baca juga: Cerita Nelayan Lihat Pesawat Terbang Miring dengan Sayap ke Bawah di Lokasi Jatuhnya Lion Air

Kaini sendiri tampak sangat letih. Dia hanya menjawab singkat saat diajak berbincang oleh sejumlah wartawan yang datang di kediamannya.

Sempat dirahasiakan

Dari cerita Pak Husnaidi, dia mengetahui terjadinya kecelakaan pesawat terbang yang membawa Asep itu dari anaknya yang lain yang juga dapat informasi dari temannya.

Awalnya, anaknya berusaha merahasiakan kejadian itu dengan mengatakan mau ke Jakarta karena ada pekerjaan. Namun dia penasaran karena anaknya mengambil tas besar.

Barulah anaknya itu menjawab bahwa Asep mengalami kecelakaan pesawat. Pak Husnadi sangat terkejut dan hanya bisa pasrah tak bisa berkata apa-apa lagi.

Rumah orangtua Asep Saripuddin, salah satu penumpang Lion Air JT 610, di Kelurahan Pasar Bhayangkara, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Regency, Sumatera Selatan.KOMPAS.com/Amriza Nursatria Rumah orangtua Asep Saripuddin, salah satu penumpang Lion Air JT 610, di Kelurahan Pasar Bhayangkara, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Regency, Sumatera Selatan.
Asep, lanjut Husnaidi, baru dua bulan berangkat ke Pangkalpinang Bangka. Dia diajak oleh Chandra Kirana, yang juga menjadi korban pesawat JT 610, untuk bekerja di Kota Timah tersebut.

Selama dua bulan itu, Asep tidak berkomunikasi langsung dengan dia dan ibunya sebab mereka berdua tak punya telepon seluler.

“Asep baru dua bulan di Pangkalpinang untuk bekerja. Selama dua bulan ini, hanya berkomunikasi dengan kakak-kakaknya yang punya telepon seluler, sedangkan kami berdua tak punya telepon,” tuturnya.

Di mata Pak Husnadi, Asep merupakan anak yang baik. Asep merantau ke Pangkalpinang itupun untuk mencari pekerjaan untuk membahagiakan kedua orangtuanya.

“Belum pernah satu pun ada orang yang datang atau mengadukan perbuatan Asep ke saya, termasuk tidak ada omongan orang lain yang buruk terhadap perilaku Asep di luar,” tambahnya.

Kaini kembali mengungkapkan harapannya. Jika Asep ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, mereka meminta jasadnya dikembalikan.

“Kami sangat berharap, Asep dikembalikan apapun kondisinya,” ungkap Kaini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com