KOMPAS.com - AL (9) dan rekannya W, pada hari Selasa (9/10/2018) bermain di warung internet di Jalan Ahmad Yani, Cicaheum, Kecamatan Kiaracondong, Bandung.
Saat itu, Al dan W berkenalan dengan seorang pria bertubuh kurus, berinisial FZ. Setelah berbincang banyak hal, FZ membayar biaya pemakaian internet AL dan W.
Kedua bocah tersebut tidak menyangka, mereka tengah dijebak oleh FZ untuk dijadikan pemulung di Sumedang.
Ini fakta di balik perjuangan AL dan W saat lolos dari penculikan FZ.
Setelah "akrab", FZ mengajak kedua bocah itu jalan-jalan untuk membeli baterai di toko. Namun, FZ justru membawa keduanya ke sebuah pemakaman di Kota Bandung.
Di pemakaman itu, FZ membujuk dan memaksa keduanya untuk ikut bersama FZ ke Sumedang. Saat itu, W bersikukuh untuk menolak ajakan FZ. FZ yang emosi lalu menghajar W hingga pingsan.
Sementara itu, melihat perlakuan FZ, AL merasa ketakutan. Dirinya pun terpaksa mengikuti kemauan FZ dan pergi meninggalkan W sendirian di kuburan tersebut.
Tak berselang lama, W ditemukan pamannya dan segera diserahkan ke orangtuanya. Pada saat bersamaan, orangtua AL sedang mencari keberdaan AL yang tak kunjung pulang.
Setelah diberitahu kejadian yang menimpa W dan Al, Enok (47) orangtua AL segera melapor ke Mapolrestabes Bandung.
“Pas tahu (anaknya diculik), saya langsung lapor polisi, foto anak saya juga dibawa,” kata Enok di Mapolrestabes Bandung, Kota bandung, Rabu (17/10/2018).
Baca Juga: Sakit Hati, Pemulung Ini Nekat Culik Anak dari Bandung
Al dengan rasa takut menuruti perintah FZ selama tiga hari berjalan kaki menuju Sumedang. Selama itu FZ tak memberikan makan atau minum kepada AL. Bahkan, AL terpaksa tidur di kuburan saat lelah atau malam tiba.
“Selama diperjalanan tidak dikasih makan dan minum, apalagi jajan. Selama di perjalanan anak saya bercerita berjalan di pinggir sungai yang banyak sampahnya, bahkan ia tidur di kuburan,” kata Enok menirukan cerita AL, buah hatinya.
Baca Juga: Kisah Anak 9 Tahun Korban Penculikan: Jalan Kaki dari Bandung ke Sumedang, Tidur di Kuburan