Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT: Kalau Ada yang Memuji Saya, maka Saya Akan Hati-hati...

Kompas.com - 19/10/2018, 09:25 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat, mengatakan, dirinya tidak akan terlena saat dipuji oleh orang.

Menurut Viktor, pujian yang didapatnya, tentu akan membuat dia akan tertidur lama dan terjatuh selamanya.

"Karena itu, jika saya lihat orang memuji saya, maka saya akan hati hati,"ucap Viktor, saat memberikan sambutan pada kegiatan Sekolah Perdamaian dengan agenda Mengunjungi Situs Agama Lokal dan Mondial di Aula Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (UKAW), Kupang, Kamis (18/10/2018), kemarin.

Viktor mengatakan, dirinya justru senang dikritik, karena baginya setiap kritik yang ditujukan baginya, dianggap sebagai obat yang mujarab.

Baca juga: Gubernur NTT: Saya Tidak Tertarik NTT Disebut Bali Baru

"Kalau menyembuhkan penyakit itu menggunakan pil yang pahit kan,"ucapnya.

Tetapi lanjut mantan Ketua Fraksi Ketua Nasdem DPR RI itu, kritikan yang diberikan, haruslah bersifat membangun.

"Saya bingung kalau sesama kita saling mengkritisi lalu kita ribut. Kritikan yang diberikan dari sahabat atau teman, selama kritik itu membangun, tentu akan menjadi obat,"tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Viktor pun menyampaikan bahwa perdamaian hanya bisa terwujud kalau setiap orang mampu memerangi diri sendiri. Mengatasi egoisme dan menerima perbedaan.

"Saya tertarik dengan ungkapan Latin, _Ci Vis Pacem Para Bellum_. Artinya kalau mau damai, siaplah untuk berperang. Dalam konteks membangun perdamain berarti mampu memerangi diri,"jelasnya

Baca juga: Turun dari Jet Milik Gubernur NTT, Gubernur Sultra Disambut Shalawatan

Menurut Viktor, perang terhadap diri berarti berhenti mencintai diri sendiri secara luar biasa serta mulailah mencintai orang lain dan Tuhan yang diimani. Hanya dengan ini, perdamaian akan terwujud.

"Kalau tidak kita lakukan, kita masuk dalam sebuah ego. Saya punya yang benar,kamu salah, kamu salah, kamu salah. Kita pun masuk dalam pertikaian hebat. Bagi saya, menerima perbedaan berarti hadir dalam komunitas yang bukan dirimu, tetapi sangat rileks. Karena tidak ada masalah," jelas Viktor.

Keberagaman

Lebih lanjut Viktor menyatakan, semangat seperti ini telah dinyatakan secara jelas dalam pernyataan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Para pemuda ini punya komitmen yang luar biasa yang menembus segala macam perbedaan.

Viktor menjelaskan, dalam keberagaman dan perbedaan, mereka saling menerima dan memberi untuk menjadi satu kesatuan, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini adalah suatu keajaiban besar dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Sang Hyang Widhi.

Dia bahkan menyebut, kalau berbicara bukan sebagai gubernur tetapi sebagai warga negara yang sadar betul, karena diberi suatu negara yang luar biasa.

Viktor mengatakan, semua orang harusnya bangga memiliki Indonesia, karena kata dia, tidak ada di dunia ini seperti Indonesia yang punya satu kesatuan wilayah, hukum dan politik.

"Aneh rasanya, kalau hari ini ada yang berpikir untuk memulai satu kesatuan eksklusif dengan pendekatan agama, suku, ras dan bangsa. Republik ini tidak punya mayoritas dalam segala hal. Kalaupun ada agama mayoritas, ujung-ujungnya juga ada perbedaan suku, ras dan warna kulit," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com