KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, masyarakat dihebohkan dengan sebuah video berdurasi 1 menit yang menggambarkan ratusan anggota Pramuka meneriakkan kata-kata " 2019 Ganti Presiden".
Di bagian akhir video, terdengar sejumlah orang di dalam video mengajak anggota Pramuka untuk meneriakkan takbir. Sejumlah orang tersebut terlihat tidak mengenakan seragam Pramuka.
Sejumlah tokoh dari kubu calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 pun melontarkan protes.
Berikut sejumlah fakta yang terungkap dalam kasus tersebut.
Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, mengatakan, video tersebut mengeksploitasi gerakan Pramuka untuk dijadikan objek politik.
"Kami sudah meminta kwartir nasional Pramuka untuk menelusuri dan melacak di mana video tersebut diambil," katanya, Senin (15/10/2018) di kantor Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Timur di Surabaya.
Menggiring gerakan Pramuka pada gerakan politik menurutnya tidak tepat, karena melanggar marwah Pramuka yang sejak awal diamanatkan undang-undang sebagai gerakan yang membentuk karakter manusia.
Gus Ipul pun yakin kejadian tersebut tidak terjadi di wilayah Jawa Timur.
Dia memastikan, video tersebut tidak diambil dari kelompok Pramuka di Jawa Timur. "Jika berasal dari Jawa Timur, pasti sudah membekukan gugus depan Pramuka tersebut," ucapnya.
Baca Juga: Pramuka Teriak "2019 Ganti Presiden", Gus Ipul Minta Kwarnas Ambil Tindakan Tegas
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, berharap siswa berseragam Pramuka dalam video tersebut bukan warga Surabaya.
Dirinya tidak ingin generasi muda di Surabaya dipengaruhi pikirannya dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sebagai alat kampanye menjelang Pilpres 2019.
"Saya mau anak-anak Surabaya konsentrasi terhadap masa depannya. Saya minta tidak ada satu pun pihak yang mengajak mereka turun di politik praktis," jelas Risma, Selasa (16/10/2018).
Risma menganggap tindakan melibatkan anak-anak dalam praktik politik adalah tidak pantas.