Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalankan Misi Kemanusiaan di Palu, Suami Tinggalkan Istri Sakit hingga Akhirnya Meninggal

Kompas.com - 17/10/2018, 00:00 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com — Alfrits Rottie, anggota Basarnas Gorontalo sedang sibuk melakukan misi kemanusiaan terhadap korban gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, tiba-tiba ia mendapatkan kabar istrinya masuk rumah sakit.

Pada Sabtu (13/10/2018) misi berakhir, Alfrits sudah di Gorontalo pada Minggu pagi.

Namun, menjelang maghrib, Devita Purnamasari Muhidin, istrinya, mengembuskan napas terakhir.

Devita Purnamasari Muhidin yang akrab dipanggil Vita baru setahun dinikahi Frits.

Vita merupakan pengajar di Politeknik Gorontalo. Ia juga dikenal sebagai penyanyi di Gorontalo Inovasi Choir bagian sopran, sebuah kelompok seni ternama di Gorontalo.

“Saat diperintahkan ke Palu, Frits menolak dengan alasan sedang menunggui istrinya sakit, namun justru istrinya yang memintanya untuk berangkat, istrinya bilang masyarakat Sulawesi Tengah lebih membutuhkan, kalau istrinya masih ada keluarga yang menjaga,” kata M Rizal, Kepala Seksi Sumber Daya Basarnas Gorontalo, Selasa (16/10/2018). 

Baca juga: Basarnas Evakuasi Jenazah di Reruntuhan Hotel Mercure Palu

Perjalanan misi kemanusiaan Alfrits Rottie dan tim Basarnas Gorontalo ke Palu dilakukan melalui perjalanan darat pada malam pascagempa 7,4 magnitudo dan tsunami, Jumat (28/9/2018).

Dalam tim ini, Alfrits membawahi 16 orang yang kemudian bergabung dengan tim Basarnas dari daerah lain di Palu. Di sini seluruh anggota Basarnas berkoordinasi  dalam satu komando operasi.

Saat menangani Hotel Roa Roa, Direktur Operasional Basarnas Brigjen TNI (Mar) Bambang Suryo Aji memerintahkan Alfrits sebagai komadan tim.

Di sinilah dedikasi Alfrits terlihat. Ia memimpin tim yang berhasil mengevakuasi selamat seorang wanita di dalam reruntuhan beton, Fitri Leonika Riani.

“Mereka menggunakan chipping hammer untuk masuk dalam reruntuhan beton, mereka membobol beton dengan cara berbaring, sangat sempit, bahkan memutar badan saja tidak bisa,” kata M Rizal.

Saat evakuasi Hotel Roa Roa dibutuhkan tim yang lebih spesifik, Alfrits dan tim kemudian ditarik ke kawasan Petobo yang mengalami likuefaksi. Di sini mereka diuji untuk menyelamatkan seseorang yang terimpit benda keras di dalam kubangan air dan lumpur.

“Semakin disedot, air semakin banyak dan menenggelamkan korban. Akhirnya tim kami memutuskan untuk mengirimkan oksigen melalui selang kepada korban yang sudah tenggelam dan terjepit ini. Evakuasi ini sangat berat, namun Alfrits dan tim berhasil menyelamatkan nyawa korban likuefaksi ini,” ujar M Rizal.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com