SURABAYA, KOMPAS.com - Ahli Geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengusulkan agar Pemkot Surabaya melakukan penilaian kualitas bangunan dan sifat fisik tanah di kawasan Surabaya.
Setelah melakukan penilaian, kemudian dibuat zonasi kawasan berisiko.
Usulan itu berkaitan dengan potensi gempa bumi yang bisa terjadi karena ada dua sesar aktif di Surabaya dan Waru.
Patahan Surabaya meliputi kawasan Keputuh hingga Cerme. Sementara, patahan Waru lebih panjang, yakni melintasi Rungkut, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan, bahkan sampai Cepu.
Baca juga: Banyak Proyek Infrastruktur Dibangun di Atas Sesar Aktif
Untuk memetakan suatu kawasan itu berisiko tinggi, sedang, atau rendah cukup sederhana.
Jika desain dan standar bangunan jelek atau tidak sesuai dengan aturan tahan gempa, dan lapisan tanah di bawahnya lembek atau lunak, kata Amien, maka masuk kategori Kawasan Risiko Bencana (KRB) gempa tinggi.
Untuk mengetahui KRB gempa sedang, lanjut Amin, jika desain bangunannya baik, tetapi lapisan tanahnya jelek.
Atau sebaliknya, desain bangunannya jelek, lapisan tanahnya bagus.
Sementara, jika desain bangunan cukup baik dan lapisan tanahnya bagus, termasuk dalam KRB gempa rendah.
"Lapisan tanah jelek umumnya pada endapan yang masih belum padu (uncomsolidated). Sebab lapisan tanah ini bila dilewati gelombang gempa bisa mengalami amplifikasi dan atau likuifaksi," kata dosen Teknik Geofisika ITS ini kepada Kompas.com, Sabtu (13/10/2018).
Baca juga: Ada 295 Titik Sesar Aktif di Peta Gempa Baru
Berdasarkan peta risiko tersebut, harus dibuat arahan mitigasi bencana atau arahan pengurangan risiko.
"Untuk kawasan risiko tinggi berarti harus ada perbaikan atau perkuatan bangunan rumah, gedung dan infrastruktur," kata Amien.
Selain itu, harus ada upaya perbaikan tanah agar tidak mengalami amplifikasi dan likuifaksi.
Bagi warga Surabaya yang mau membangun di kawasan berisiko tinggi, perlu mengikuti tata cara yang ketat tentang bangunan tahan gempa.
"Masyarakat yang bermukim di kawasan berisiko tinggi juga harus lebih waspada, karena Surabaya pernah mengalami gempa," kata dia.