Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kurir Logistik Gempa Sulteng: Antara Keluarga, Pekerjaan, dan Misi Kemanusiaan

Kompas.com - 13/10/2018, 11:50 WIB
Suddin Syamsuddin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PAREPARE, KOMPAS.com — Memikirkan keluarga, pekerjaan, dan misi kemanusiaan, hal itulah yang dirasakan sejumlah kurir Yayasan Manusia Indoensia (YMI) saat mengantar logistik ke Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah, yang ditimp bencana gempa dan tsunami.

Para kurir di YMI ini terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari guru, polisi, dosen, jurnalis, pengusaha, hingga pejabat pemerintahan. 

Koordinator YMI Kota Parepare Abdillah M.S yang juga wartawan salah satu televisi swasta nasional bercerita mengenai kisah para kurir logistik kepada Kompas.com, Jumat (12/10/2018). 

“Saat hari ke-4 pascagempa dan tsunami melanda tiga wilayah di Sulawesi Tengah, kami yang tergaung dalam Yayasan Manusia Indonesia (YMI) mengantarkan bantuan berupa pakaian, kebutuhan pokok, dan kebutuhan bayi. Yang berkecamuk di pikiran kami antara keluarga, pekerjaan, dan misi kemanusiaan," Abdillah.

Baca juga: Kisah 6 Wanita Berjuang 8 Jam Keluar dari “Neraka” Lumpur Petobo

Para kurir tersebut tidak lagi memikirkan gempa susulan yang bisa mengancam keselamatan mereka. Para kurir juga tidak takut dengan maraknya penjarahaan yang saat itu terjadi di mana-mana di wilayah bencana di Sulawesi Tengah.

"Sebelum memulai tugas-tugas Jurnalistik di Kota Parepare, saya harus mengantarkan dua anak dan istri. Meninggalkan mereka begitu berat, namun rasa persaudaraan kepada saudara-saudara kita yang terkena bencana membuat hati kami terketuk untuk menyalurkan sendiri bantuan yang dipercayakan warga Parepare dan sekitarnya di Posko YMI,“ ungkap Abdillah.

Ada cerita sedih saat rombongan YMI saat memasuki perbatasan Donggala dan Kota Palu. Saat itu tiba-tiba salah satu truk pembawa logistik mengalami pecah ban di tengah malam. Mereka mencari bengkel ban, tetapi tidak ada.

"Mungkin saat itu Allah melihat kami yang dalam keadaan ihklas ingin membantu para korban. Dalam pencarian, tiba-tiba datang seorang pemuda mengendarai motor. Awalnya kami kira penjarah bantuan. Dia menawarkan kepada kami untuk ke bengkel pres ban milik ayahnya,“ terang Abdillah.

Sampai di rumah sang pemuda, satu-satunya ban luar bengkel pres ban tersebut cocok dengan ban truk bantuan Polres Parepare yang dipakai memuat logistik.

Baca juga: Pemulangan Relawan Internasional dari Palu Menuai Polemik...

 

Usai ban dipasang, sang pemilik pres ban tidak meminta uang imbalan ataupun meminta harga ban luar truk yang per bannya mencapai jutaan rupiah. Pemilik hanya meminta dua dus air mineral kemasan botolan.

"Kami ingin membayar ban lebih dari harga, karena kami melihat rumah dan bengkel warga tersebut juga rusak akibat gempa. Namun, pihak bengkel hanya meminta dua dus air mineral kemasan botol,“ kata Abdillah sambil mengingat kejadian itu.

Beda lagi cerita Ibrahim La Leman, dosen IAIN Parepare. Dia meninggalkan dua anak yang masih kecil serta istri tercinta untuk membantu para korban bencana alam di Sulteng.

"Memang berat meninggalkan keluarga dan pekerjaan, tetapi untuk misi kemanusiaan dan mengingat mereka masih sangat membutuhkan bantuan. Dengan bismillah saya berangkat bersama teman-teman,” kata Ibrahim melalui pesan WhatsApp.

Saat ini Ibrahim dan kurir YMI lainnya sedang dalam perjalanan pulang dari Sulteng menuju Kota Parepare. Kata Ibrahim, kegiatan ini adalah pengantaran logistik tahap II untuk mereka yang ada di Palu, Sigi, dan Donggala.

"Kami tak akan pernah berhenti membantu mereka, karena para dermawan di Kota Parepare, masih terus memberikan bantuan yang dititip di Posko YMI, sampai ketiga wilayah yang terdampak gempa dan tsunami benar-benar pulih,“ kata Ibrahim. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com