Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Menemukan Jenazah Korban Tsunami yang Tidak Utuh..."

Kompas.com - 08/10/2018, 06:36 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Alamsyah Lamboka bersama sejumlah anggota Jamaah Tabligh di Pantoloan mengklaim menjadi relawan yang pertama melakukan evakuasi jenazah korban gempa magnitudo 7,4  dan tsunami di Kota Palu, sesaat setelah terjadinya bencana. 

Pada saat itu, banyak mayat bergelimpangan di pantai, muara sungai dan perkampungan.
"Saya menemukan jenazah tante dan kemenakan," kata Alamsyah Lamboka, Minggu (7/10/2018).

Yang membuatnya prihatin ini adalah kondisi mayat sangat mengenaskan. Mereka terhempas, terbentur dan bercampur dengan material lainnya saat digulung tsunami. Ini yang menyebabkan kondisi jenazah sangat memilukan.

"Ada jenazah anak kecil yang sudah tidak utuh, yang lain sudah membusuk dipenuhi belatung," papar Alamsyah.

Baca juga: 3 Fakta Pengungsi di Jalan Kemiri Kota Palu, Tak Tersentuh Bantuan hingga Korban Luka-Luka

Bersama Jamaah Tabligh, mereka kemudian menguburkan jenazah ini sesuai ketentuan syariat Islam.

Pantoloan dan daerah sekitarnya berada di luar Kota Palu. Pertolongan petugas terlambat karena lebih memprioritaskan kondisi di dalam kota.

Merekalah yang tergerak hati untuk mengurus jasad korban tsunami ini. "Sebelum petugas datang, setidaknya ada 30 jenazah yang sudah kami evakuasi" tutur Alamsyah.

Padahal saat itu kondisinya sangat sulit dan terbatas. Banyak warga yang meninggalkan desa menuju perbukitan, air dan bahan bakar sulit di dapat, komunikasi dan listrik tidak ada.

Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan update korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah menjadi 1.763 orang pada Minggu (7/10/2018).

"Di Donggala 159 orang, di Palu 1.519 orang, di Sigi 69 orang, di Parigi Moutong 15 orang, dan di Pasangkayu Sulawesi Barat 1 orang," ujar Kepala Pusat Data Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Minggu.

Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami tersebut bisa bertambah karena tim gabungan masih terus melakukan pencarian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com